Sunday, August 26, 2012

Nasi Rawon, Bekal Perjalanan Pulang



"Pinten, bu?" tanya saya akan harga makanan yang baru saja saya santap. "Wolungewu, mbak," jawab ramah ibu pemilik depot di depan stasiun besar Madiun. Inilah yang saya sukai tiap membeli makanan dari kota kecil yang santun. Tak khawatir menanyakan harga sebelum makan, karena memang hampir selalu murah. Sepiring nasi rawon yang mengenyangkan dengan daging sapinya yang tidak pelit, plus teh manis hangat, dan saya cukup mengeluarkan uang delapan ribu rupiah. Lalu saya siap menumpangi kereta api menuju perhentian saya selanjutnya: pulang. :) 

dinoy

artikel khusus untuk mengikuti #TurnamenFotoPerjalanan ronde kedua dengan tema kuliner

Monday, August 13, 2012

Belanja Perlengkapan Traveling

Jadi begini lho, rasanya berbelanja buat kepentingan hobi ..
Akhirnya saya perlu merogoh kocek sebesar satu setengah juta rupiah untuk tiga item berkaitan dengan hobi saya: traveling.

Kamera saku Canon PowerShot A 2300: Rp 970.000 - tokocamzone ITC Fatmawati
Tas punggung Rei kapasitas 50 liter (+rain cover + garansi): Rp 395.000 - Bandung Indah Plasa
Celana Cargo (lupa merknya) : Rp 169.000 - FO Episode, Dago - Bandung

Total Rp 1.534.000

Tidak bisa dibilang impulsif juga, karena memang saya telah merencanakan untuk membeli dua hal pertama tersebut, saat saya sudah menerima tunjangan hari raya. Ya, kesukaan saya terhadap dunia traveling semenjak dua tahun belakangan, makin membuat saya menseriusinya. Misalnya, selama ini kalau bepergian jauh saya hanya mengandalkan tas ransel biasa - yang kata teman seperti tas sekolah - dan meminjam kamera dari saudara dan teman. Saat bepergian ke Balikpapan Mei lalu, saya sadar beban yang ditanggung tas ransel saya sudah terlalu berat untuk ukuran empat hari. Punggung saya pun sering lelah dibuatnya. Saat itu saya makin sadar, saya membutuhkan tas ransel khusus untuk traveling. 

Canon PowerShot A2300
 Juga masalah berfoto ria, saya memang bukan orang yang terlalu suka difoto. Tapi saya suka memotret pemandangan dan suasana untuk kemudian dituliskan di blog saya ini. Apalagi saya juga mulai melirik kesempatan untuk mengawali menjadi travel writer. Saya sempat mengadakan vote dan tanya sana sini masalah kamera, dan kebanyakan menjatuhkan pilihan pada Canon yang akhirnya saya beli ini. Ada juga yang menyarankan membeli kamera yang lebih canggih - dan tentunya lebih mahal, lalu saya kembalikan kepada kebutuhan dan bujet saya. Saya rasa kamera saku Canon A2300 ini sudah mewakili lah, gambarnya bagus, kok. (note: akhir-akhir ini saya juga sering mengambil gambar dengan kamera blackberry dan hasilnya sudah mewakili untuk dijadikan perlengkapan artikel traveling, tapi kan blackberry terkendala daya tahan baterai :) ).

Dan celana cargo, ini adalah hasil menyimak diskusi dengan sahabat-sahabat pecinta traveling juga di grup bbm -kami menamakan komunitas kami: Travel Troopers, sebelumnya bernama Dua Ransel Wannabe. Menurut mereka, celana cargo nyaman dibuat berjalan-jalan jauh dan lama. 
Celana Cargo

Alhasil ketika seorang teman 'menculik' saya ke Bandung seharian, kami mampir di Factory Outlet. Dari yang awalnya mencari celana jeans, eh ketemu celana cargo yang ukurannya pas dan bahannya nyaman. Di Bandung jugalah akhirnya ketemu ransel yang saya idamkan. Sebelumnya tidak pernah berpikir memberli merk Rei ini. Namun ketika melihat gerai nya di Bandung Indah Plasa: kapasitas, kualitas, garansi dan harga sepadan, maka jatuh cinta lah saya. 

Puji Tuhan, bujet yang saya buat yaitu satu setengah juta rupiah untuk kamera dan ransel traveling, akhirnya malah terpenuhi dengan bonus celana cargo. Nah, sekarang saya jadi tidak sabar menanti petualangan traveling saya selanjutnya, dengan perlengkapan tempur ini. :)
Carrier Rei 50 liter
Carrier Rei with rain cover










dinoy
 
                              






















Wednesday, August 1, 2012

Traveling With Parents



Hari ini salah satu akun twitter tentang traveling (@KartuPos) membahas tema ‘Trip With Parents’ yang diberi hashtag #TripWParents. Saya jadi teringat akan perjalanan yang saya lakukan bersama papa saya, dua kali: di tahun 2010 dan tahun 2012. Karena keinginan saya untuk menceritakan pengalaman itu membutuhkan lebih dari 140 karakter, maka saya tuangkan saja di travel blog saya ini.

A Journey to the Island of Gods  
Di bulan September 2010, saya dan papa melakukan perjalanan wisata ke Pulau Bali, saat libur lebaran. Keinginan ini berawal dari saya teringat bahwa papa belum pernah menginjakkan kaki ke pulau yang sering dijuluki sebagai surga dunia ini, dan semasa hidupnya mama pernah mengatakan kalau suatu saat ingin membawa papa ke Bali. :’) Saya sendiri sudah dua kali pergi ke Bali sebelumnya, waktu masih kecil bersama mama, dan waktu perpisahan SLTP. Ide ini muncul sekitar bulan Mei 2010, saat saya menyadari bahwa lebaran tahun tersebut saya akan menerima tunjangan dari kantor sebesar satu kali gaji penuh. Saya pun mengalokasikan tunjangan itu untuk biaya ke Bali bersama papa.

Saya memutuskan untuk membeli paket tur murah meriah selama di Bali, karena saya sadar Bali bukanlah tempat yang memiliki sarana transportasi umum yang baik. Jika ingin berjalan-jalan secara mandiri, harus menyewa kendaraan sendiri, dan itu lebih ribet. Setelah browsing sana-sini,saya pun memilih paket 3 hari-2 malam yang ditawarkan oleh Pondok Sari Kuta, Bali. Secara garis besar, paket itu berisi: akomodasi di hotel bintang 3, mobil pribadi beserta supir, makan 4 kali, dan mengunjungi tempat-tempat wisata seperti Uluwatu, Tana Lot, Pantai Dreamland, kompleks Garuda Wisnu Kencana, dan Jimbaran. Untuk masalah transportasi menuju ke Bali dan pulangnya, saya memadukan antara kereta api dan pesawat terbang, untuk menghemat biaya namun tidak terlalu lelah juga. Jadi dari Surabaya kami menuju Denpasar menggunakan jasa kereta api yang sudah sepaket dengan bis Damri (Surabaya-Banyuwangi-Denpasar). Sedangkan dari Denpasar saya memesan tiket pesawat Merpati untuk papa kembali ke Surabaya, dan Citilink untuk saya langsung ke Jakarta.

Tana Lot



Garuda Wisnu Kencana


Uluwatu

Kuala Lumpur-Singapura, Visiting The Neighbour Country
Traveling yang kedua, adalah sekaligus untuk pertama kalinya papa saya pergi ke luar negeri, di bulan Maret 2012. Tak tanggung-tanggung, saya membawa beliau ke dua negara sekaligus dalam empat hari: Malaysia yaitu ke Kuala Lumpur dan Putrajaya, dan ke Singapura. Ini juga karena saya bisa dapat tiket pesawat murah dari promo yang diselenggarakan Air Asia. Perjalanan kali ini saya mencoba mengenalkan papa pada hobi saya jalan-jalan ala ransel, namun tentu saja dengan beberapa penyesuaian. Misalnya, untuk menghemat biaya saya tetap memesan penginapan di hostel di daerah Chinatown, Kuala Lumpur. Namun saya memesan kamar yang private isi dua ranjang, bukan dorm yang rame-rame ya, saya takut papa saya kaget, hehe. Itinerary juga saya susun agar tidak terlalu padat, namun tetap mengunjungi beberapa high lite di dua negara tersebut. Puji Tuhan, dalam empat hari kami bisa mengunjungi KLCC (melihat Twin Tower), Putrajaya, pasar malam Chinatown, Bugis, Merlion Park, Orchard Road, dan Chinese Garden. Karena ala backpacker, maka selama bepergian kami menggunakan sarana transportasi umum, yaitu kereta Light Rapid Trans dan bus umum selama di Kuala Lumpur, dan kereta Mass Rapid Trans selama di Singapura. Papa saya terlihat senang selama menaiki moda transportasi ini, karena tidak ada di Indonesia.


Putrajaya


Di dalam Skybus Changi Airport


Tips dan Trik Selama Traveling Bareng Orang Tua
-   Susun itinerary  dengan menyesuaikan kondisi orang tua. Jangan sampai terlalu padat untuk menghindari kecapekan, juga jangan terlalu pelit dalam hal makan. Maksud saya, jika bepergian sendiri atau dengan teman-teman sebaya, kita boleh saja memadatkan itinerary dalam sehari, dan berhemat dalam hal makanan-menahankan diri untuk tidak terlalu sering makan besar. Namun jika pergi dengan orang tua, kita harus mengingat kondisi fisik mereka yang kurang prima dibandingkan dengan kita, juga melonggarkan bujet makan.

-  Pekalah akan kondisi fisik orang tua. Jika orang tua kita menunjukkan sinyal kelelahan, jangan langsung menggerutu. Ada baiknya menuruti keinginan mereka untuk beristirahat sejenak. Hal ini juga terjadi selama perjalanan di Kuala Lumpur dan Singapura, saat berjalan kaki papa beberapa kali meminta break untuk mengistirahatkan kaki. Juga saat ke tujuan terakhir di Chinese Garden Singapura, papa memilih untuk beristirahat di gerbang dekat MRT sementara saya masuk sebentar dan melihat suasana di Chinese Garden.

-   Toleransi terhadap kebiasaan-kebiasaan dan cara berpikir orang tua yang berbeda dengan kita. Haha, ini bukan bermaksud menjelek-jelekkan orang tua, tidak sama sekali. Namun sering kan kita merasa terusik dengan kebiasaan orang tua yang menurut kita kurang penting? Misalnya, saat hendak ke Singapura dari Kuala Lumpur, papa sudah mencereweti saya untuk bersiap pada pukul setengah tiga pagi. Padahal flight terjadwal pukul setengah delapan, dan harus sudah ada di airport pukul enam pagi. Saya tahu papa berniat baik, yaitu jangan sampai tertinggal bus menuju airport, namun saya sempat menggerutu karena masih mengantuk, hahaa. Ya, prinsip papa lebih baik menunggu di airport daripada terlambat. Atau, kita juga perlu mengingatkan orang tua akan tata tertib di negara asing yang kita kunjungi. Misalnya, saya sempat menegur papa saat tidak sengaja membuang sampah sembarangan di Bugis Street, Singapura. Jangan sampai deh traveling jadi bĂȘte karena kebiasaan-kebiasaan yang berbeda, just gives them respect for their thoughts. :)

-   Jangan bosan memberi mereka keterangan untuk setiap tempat yang dikunjungi, agar orang tua tidak sekedar jalan-jalan, namun juga sekaligus menambah wawasan. Saat berkeliling Putrajaya dengan membeli paket tur dalam bahasa Inggris, papa beberapa kali menanyakan  arti penjelasan yang diberikan oleh pemandu di dalam bus. Ya saya pun berusaha telaten dengan menerjemahkannya secara umum.

Intinya sih, traveling bareng orang tua tetep bisa fun selama kita bisa memahami kebutuhan mereka, dan menyesuaikan juga dengan keinginan kita. Sedikit mengalah tidak ada salahnya kan, toh selama umur kita masih muda, kesempatan kita untuk menjelajah dunia juga masih banyak. Tidak ada ruginya sesekali berbagi bersama mereka. :)

Happy traveling with parents! ;)

dinoy