Jika ditanya, “Bagaimana Air Asia mengubah hidupmu?”,
jelas akan aku katakan bahwa Air Asia membantu mewujudkan impian-impianku untuk
dapat pergi jauh. Dulu, bepergian dengan pesawat terbang serasa “mahal”. Namun,
dengan seringnya Air Asia mengadakan promo penjualan tiket dengan harga terjangkau,
aku pun mulai berani merancang mimpi untuk pergi ke tempat-tempat yang belum
pernah kujejaki. Perkenalan pertamaku dengan Air Asia adalah di tahun 2009.
Boleh dikatakan, aku tidak jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Air Asia.
Bayangkan saja, penerbangan dari Jakarta menuju Surabaya yang seyogianya
berlangsung pada siang hari, mengalami penundaan tidak kurang dari dua kali
sehingga baru benar-benar terbang pada malam hari. Catat: di malam Natal pula.
Yap, tanggal 24 Desember 2009 adalah hari pertama aku akhirnya bisa merasakan
terbang menumpangi burung besi. Aku bersama kakak laki-lakiku, kakak ipar, serta
anak mereka—keponakanku berusia balita, hendak pulang ke rumah orangtua kami di
Gresik, sehingga kami mengambil penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta menuju
Bandara Juanda. Rencana kami adalah tiba di rumah sore hari, sehingga tidak
terlalu letih untuk menyambut Natal keesokan harinya. Namun sayang, rencana
tinggal rencana, karena kami sampai di Surabaya sekitar pukul sembilan malam
dan harus berjibaku dengan kemacetan jalan raya yang disesaki kendaraan dari
dan menuju gereja. Perasaan kesal sempat hinggap terhadap Air Asia karena
penundaan keterlambatan ini. Untungnya, ketika memasuki kabin pesawat, perasaan
itu tergantikan dengan rasa kagum melihat kondisi fisik pesawat yang amat
prima. Penerbangan pertama kusambut dengan rasa deg-degan sekaligus penasaran,
dan ketika akhirnya pesawat lepas landas, ada seperti suatu perasaan baru di
dada. Serasa ada beban yang terangkat. Awak kabinnya pun ramah dengan senyum
dan penawaran bantuan yang menyamankan rasa. :)
Pengalaman pertama boleh jadi
diwarnai kesal, tetapi apakah aku kapok menggunakan maskapai penerbangan milik
negara Malaysia ini? Tentulah tidak. Karena tak sampai setahun kemudian,
tepatnya November 2010, lagi-lagi aku memanfaatkan maskapai ini untuk dapat
terbang. Kali ini, tak lagi sekadar ke luar kota, melainkan luar negeri! Ya,
bulan kesebelas itu adalah pengalaman backpacking-ku
pertama kali ke luar negeri: Singapura. Mengapa memilih Air Asia? Ya karena
tarifnya yang terjangkau, sehingga aku bisa menghemat untuk perjalanan ini.
Kalau tak salah, aku mendapatkan harga Rp250.000,00 untuk penerbangan
Jakarta-Singapura. Jadwal penerbangan di pagi hari, dan kali ini tidak pakai
keterlambatan. Puji Tuhan.... :)
Akhirnya mendarat juga aku di Bandara Changi yang membekaskan kekaguman akan
kemewahan dan kemodernannya. Terima kasih, Air Asia, karena telah turut berjasa
dalam pengalaman perjalanan pertamaku ke Singapura. Banyak hal yang aku
dapatkan di Singapura. Pengalaman menjelajahi “negeri orang”, mempelajari
budaya tertib dan sarana transportasi yang modern dan sangat menunjang
mobilitas warganya, juga tentunya canda tawa bersama teman-teman baru. Oho, aku
tidak sendirian dalam perjalanan murah meriah ini. Ada Vania (teman kuliahku),
Ariy (penulis buku perjalanan yang sekaligus sebagai koordinator perjalanan
kali ini), Ricky, Remy, dan juga Nello. Mereka adalah kawan-kawan yang asyik,
dan berjalan bersama teman-teman yang seru selalu menghadirkan kenangan tak terlupakan, bukan? :)
seru backpacking-an bareng teman-teman di Singapura :) |
Air Asia tak berhenti mewujudkan
keinginanku untuk berkelana. Aku jadi ketagihan terus untuk menyimak
promo-promo yang ditawarkan maskapai ini. Di tahun berikutnya, 2011, Air Asia
mewujudkan mimpiku untuk kembali ber-backpacking
ria ke negeri lain, kali ini Thailand. Di bulan Oktober 2011, lagi-lagi Air
Asia berperan dalam sesuatu yang pertama
kalinya kulakukan. Mau tebak apa tepatnya? Di perjalanan ke Bangkok ini,
merupakan solo traveling pertama
bagiku ke luar negeri. Yay! Berbekal
tiket terjangkau dengan rute Surabaya-Bangkok pulang-pergi dengan harga sekitar
Rp1.200.000,00, aku pun bertamu ke negeri gajah putih. Berbekal tekad dan
keberanian, serta mempersiapkan itinerary
dari jauh-jauh hari, aku mengunjungi beberapa tempat menarik seperti kawasan
Khaosan Road, National Stadium, Jimmy Thompson’s House & Museum, Lumpini Park, Chatuchak
Weekend Market, juga mal di kawasan Siam. Pertemuan dengan Sasher, Lilian, dan
Florian—para pejalan asing yang sekadar kusapa dan lantas menjadi akrab—juga
membuatku semakin membuka mata dan pikiran akan pengalaman-pengalaman mereka
saat traveling. It was awesome! :)
Dua teman baru--sesama backpacker--yang saya jumpai di Bangkok ^^ |
Kata orang, kebahagiaan akan
lebih terasa jika dibagikan. Beberapa kali berjalan-jalan secara mandiri,
akhirnya timbul ide juga untuk mengajak orangtua turut serta. Dan, lagi-lagi
ide ini juga tebersit karena kabar gembira dari Air Asia! Aku lupa tepatnya
nama promo besar-besarannya. Yang jelas, berkat promo itu, di bulan Januari
2012 aku bisa mengajak Papa untuk mengunjungi negeri tetangga. Dengan rute
Surabaya-Kuala Lumpur-Singapura-Kuala Lumpur-Surabaya, aku hanya perlu
mengeluarkan uang sekitar Rp1.500.000,00 untuk dua orang; aku dan papaku. Murah
banget, kan? Awalnya, Papa sempat menolak. Namun kurayu juga dengan iming-iming
kapan lagi bisa berkunjung ke luar negeri, mumpung ada rezekinya? Dan memang,
kunjungan ke dua negara tetangga itu ternyata adalah untuk pertama dan terakhir
kalinya bagi papa traveling ke luar
negeri. Awal tahun 2014 ini papa telah dipanggil Tuhan :( . Dan aku bahagia
karena salah satu kenangan berharga Papa di dunia ini turut kuukir bersamaku,
meski tak sempurna juga. Aku merasakan bagaimana harus bertoleransi dengan
orangtua yang tentunya tak segesit anak muda saat berjalan-jalan, belajar
menenggang perasaan lemah papa, dan meski aku sempat merasa gagal melakukan itu semua, namun kulihat
senyum dan ucapan “terima kasih” yang tulus dari Papa saat kami mendarat di
Bandara Juanda usai perjalanan empat hari itu. :)
Papa di Putrajaya |
Papa di Skybus saat baru mendarat di Changi :) |
Itu
adalah beberapa ceritaku mengenai betapa Air Asia telah mewujudkan impianku
berkelana. Air Asia mengubah pola pikirku bahwa “jalan-jalan itu mahal” menjadi
“jalan-jalan itu sangat bisa diraih dengan biaya terjangkau”. Bonus lagi,
beberapa cerita perjalananku di atas turut menghantarkanku meraih angan-angan
menjadi penulis buku perjalanan. Backpacking
di Singapura, Bangkok, juga Kuala Lumpur saat bersama Papa, menjadi bagian
dalam cerita-cerita yang kutulis di buku Antravelogi (Bhuana Ilmu Populer,
Januari 2014). Perjalanan terakhir bersama Air Asia adalah saat aku ke Makassar
di bulan Juni 2013, tiketnya pulang-pergi hanya sekitar Rp150.000,00. Semoga
saja perjalanan itu bukan benar-benar
terakhir, ya. Sungguh rindu dapat terbang bersama Air Asia lagi. :)
Buku yang memuat beberapa perjalananku bersama Air Asia. :) |
[Artikel ini diikutkan dalam Kompetisi Blog 10 Tahun AirAsia Indonesia: https://www.facebook.com/notes/airasiaindonesia/kompetisi-blog-10-tahun-airasia-indonesia/810741058958974]