Hari ini salah satu akun twitter tentang
traveling (@KartuPos) membahas tema ‘Trip With Parents’ yang diberi hashtag
#TripWParents. Saya jadi teringat akan perjalanan yang saya lakukan bersama
papa saya, dua kali: di tahun 2010 dan tahun 2012. Karena keinginan saya untuk
menceritakan pengalaman itu membutuhkan lebih dari 140 karakter, maka saya
tuangkan saja di travel blog saya ini.
A Journey to the Island of Gods
Di bulan September 2010, saya dan papa
melakukan perjalanan wisata ke Pulau Bali, saat libur lebaran. Keinginan ini
berawal dari saya teringat bahwa papa belum pernah menginjakkan kaki ke pulau
yang sering dijuluki sebagai surga dunia ini, dan semasa hidupnya mama pernah
mengatakan kalau suatu saat ingin membawa papa ke Bali. :’) Saya sendiri sudah
dua kali pergi ke Bali sebelumnya, waktu masih kecil bersama mama, dan waktu
perpisahan SLTP. Ide ini muncul sekitar bulan Mei 2010, saat saya menyadari
bahwa lebaran tahun tersebut saya akan menerima tunjangan dari kantor sebesar satu
kali gaji penuh. Saya pun mengalokasikan tunjangan itu untuk biaya ke Bali
bersama papa.
Saya memutuskan untuk membeli paket tur murah
meriah selama di Bali, karena saya sadar Bali bukanlah tempat yang memiliki
sarana transportasi umum yang baik. Jika ingin berjalan-jalan secara mandiri,
harus menyewa kendaraan sendiri, dan itu lebih ribet. Setelah browsing sana-sini,saya pun memilih
paket 3 hari-2 malam yang ditawarkan oleh Pondok Sari Kuta, Bali. Secara garis
besar, paket itu berisi: akomodasi di hotel bintang 3, mobil pribadi beserta
supir, makan 4 kali, dan mengunjungi tempat-tempat wisata seperti Uluwatu, Tana
Lot, Pantai Dreamland, kompleks Garuda Wisnu Kencana, dan Jimbaran. Untuk
masalah transportasi menuju ke Bali dan pulangnya, saya memadukan antara kereta
api dan pesawat terbang, untuk menghemat biaya namun tidak terlalu lelah juga.
Jadi dari Surabaya kami menuju Denpasar menggunakan jasa kereta api yang sudah
sepaket dengan bis Damri (Surabaya-Banyuwangi-Denpasar). Sedangkan dari
Denpasar saya memesan tiket pesawat Merpati untuk papa kembali ke Surabaya, dan
Citilink untuk saya langsung ke Jakarta.
Tana Lot
Garuda Wisnu Kencana
Uluwatu
Kuala Lumpur-Singapura,
Visiting The Neighbour Country
Traveling yang kedua, adalah sekaligus untuk
pertama kalinya papa saya pergi ke luar negeri, di bulan Maret 2012. Tak
tanggung-tanggung, saya membawa beliau ke dua negara sekaligus dalam empat
hari: Malaysia yaitu ke Kuala Lumpur dan Putrajaya, dan ke Singapura. Ini juga
karena saya bisa dapat tiket pesawat murah dari promo yang diselenggarakan Air
Asia. Perjalanan kali ini saya mencoba mengenalkan papa pada hobi saya
jalan-jalan ala ransel, namun tentu saja dengan beberapa penyesuaian. Misalnya,
untuk menghemat biaya saya tetap memesan penginapan di hostel di daerah
Chinatown, Kuala Lumpur. Namun saya memesan kamar yang private isi dua ranjang,
bukan dorm yang rame-rame ya, saya takut papa saya kaget, hehe. Itinerary juga
saya susun agar tidak terlalu padat, namun tetap mengunjungi beberapa high lite di dua negara tersebut. Puji
Tuhan, dalam empat hari kami bisa mengunjungi KLCC (melihat Twin Tower),
Putrajaya, pasar malam Chinatown, Bugis, Merlion Park, Orchard Road, dan
Chinese Garden. Karena ala backpacker, maka selama bepergian kami menggunakan
sarana transportasi umum, yaitu kereta Light Rapid Trans dan bus umum selama di
Kuala Lumpur, dan kereta Mass Rapid Trans selama di Singapura. Papa saya
terlihat senang selama menaiki moda transportasi ini, karena tidak ada di
Indonesia.
Putrajaya
Di dalam Skybus Changi Airport
Tips dan Trik Selama
Traveling Bareng Orang Tua
- Susun
itinerary dengan menyesuaikan kondisi orang tua.
Jangan sampai terlalu padat untuk menghindari kecapekan, juga jangan terlalu
pelit dalam hal makan. Maksud saya, jika bepergian sendiri atau dengan
teman-teman sebaya, kita boleh saja memadatkan itinerary dalam sehari, dan
berhemat dalam hal makanan-menahankan diri untuk tidak terlalu sering makan
besar. Namun jika pergi dengan orang tua, kita harus mengingat kondisi fisik
mereka yang kurang prima dibandingkan dengan kita, juga melonggarkan bujet makan.
- Pekalah
akan kondisi fisik orang tua. Jika orang tua kita menunjukkan sinyal kelelahan,
jangan langsung menggerutu. Ada baiknya menuruti keinginan mereka untuk
beristirahat sejenak. Hal ini juga terjadi selama perjalanan di Kuala Lumpur
dan Singapura, saat berjalan kaki papa beberapa kali meminta break untuk
mengistirahatkan kaki. Juga saat ke tujuan terakhir di Chinese Garden
Singapura, papa memilih untuk beristirahat di gerbang dekat MRT sementara saya
masuk sebentar dan melihat suasana di Chinese Garden.
- Toleransi
terhadap kebiasaan-kebiasaan dan cara berpikir orang tua yang berbeda dengan
kita. Haha, ini bukan bermaksud menjelek-jelekkan orang tua, tidak sama sekali.
Namun sering kan kita merasa terusik dengan kebiasaan orang tua yang menurut
kita kurang penting? Misalnya, saat hendak ke Singapura dari Kuala Lumpur, papa
sudah mencereweti saya untuk bersiap pada pukul setengah tiga pagi. Padahal
flight terjadwal pukul setengah delapan, dan harus sudah ada di airport pukul
enam pagi. Saya tahu papa berniat baik, yaitu jangan sampai tertinggal bus
menuju airport, namun saya sempat menggerutu karena masih mengantuk, hahaa. Ya,
prinsip papa lebih baik menunggu di airport daripada terlambat. Atau, kita juga
perlu mengingatkan orang tua akan tata tertib di negara asing yang kita
kunjungi. Misalnya, saya sempat menegur papa saat tidak sengaja membuang sampah
sembarangan di Bugis Street, Singapura. Jangan sampai deh traveling jadi bĂȘte
karena kebiasaan-kebiasaan yang berbeda, just gives them respect for their thoughts.
:)
- Jangan
bosan memberi mereka keterangan untuk setiap tempat yang dikunjungi, agar orang
tua tidak sekedar jalan-jalan, namun juga sekaligus menambah wawasan. Saat
berkeliling Putrajaya dengan membeli paket tur dalam bahasa Inggris, papa
beberapa kali menanyakan arti penjelasan
yang diberikan oleh pemandu di dalam bus. Ya saya pun berusaha telaten dengan
menerjemahkannya secara umum.
Intinya sih, traveling bareng orang tua tetep
bisa fun selama kita bisa memahami kebutuhan mereka, dan menyesuaikan juga
dengan keinginan kita. Sedikit mengalah tidak ada salahnya kan, toh selama umur
kita masih muda, kesempatan kita untuk menjelajah dunia juga masih banyak.
Tidak ada ruginya sesekali berbagi bersama mereka. :)
Happy traveling with parents! ;)
dinoy