Showing posts with label Travelingku. Show all posts
Showing posts with label Travelingku. Show all posts

Thursday, May 29, 2014

Selalu Ada Pelangi

Ada yang ingat asal-usul terjadinya pelangi? Bagaimana mungkin seusai hujan yang dimuntahkan awan lantas terbentuk lengkung serupa busur terdiri atas tujuh warna? Tentu ada teori tentang terjadinya pelangi yang berhasil dirumuskan oleh mereka yang pintar. Namun yang kuingat dari cerita masa sekolah mingguku dulu, pelangi timbul pertama kali usai hujan berkepanjangan yang menimpa dunia masa Nabi Nuh. Kala Sang Penguasa memilih untuk membentuk ulang bumi ini dengan memusnahkan seluruh penghuninya, terkecuali orang-orang pilihannya; keluarga Nabi Nuh beserta satwa sepasang dari tiap jenis. Lalu, setelah hari yang ditentukan usai, Tuhan membuat tanda perjanjian bahwa peristiwa serupa itu tak akan terjadi lagi. Dan materai perjanjian itu diwujudkan lewat hal yang indah. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Pelangi.

Maka terciptalah suatu kebiasaan, bahwa sehabis hujan akan muncul sebusur pelangi. Sayangnya, aku tak selalu beruntung. Sering, usai hujan, aku akan terpaku menatapi sudut langit-langit—ya, seolah-olah langit memiliki sudut saja—dan berharap akan dapat melihat warna-warna indah itu. Tidak, aku tak selalu menjumpainya. Hingga aku lupa untuk mencarinya, dan terkadang tahu-tahu dia menampakkan dirinya sendiri. Kadang kutatapi dengan takjub, kadang aku memandang sambil lalu.

Hari itu, katakanlah, aku sedang beruntung. Bagaimana tidak, aku dapat mencapai Selebes[1] hanya dengan tiket penerbangan seharga kurang dari seratus lima puluh ribu rupiah, pulang-pergi! Berkat merespons cepat pada penawaran promo sebuah maskapai penerbangan yang baru membuka rute Jakarta-Makassar, aku mendapatkannya. Cita-citaku untuk menjejak setiap pulau besar di negeri ini terwujud selangkah lagi. Kalimantan sudah terwujud kala mengunjungi Balikpapan di tahun 2012, lalu Sumatra di awal tahun 2013 dengan mengunjungi beberapa kota di Provinsi Sumatra Barat. Dan kini, Juni 2013, Pulau Sulawesi akhirnya kujumpai. Sebuah keberuntungan yang menuju pada keberuntungan lain. Menjumpainya. :)

Ada beberapa tempat yang kusinggahi kala berada di ibu kota Sulawesi Selatan. Dan salah satunya, adalah Fort Rotterdam. Kawasan bersejarah yang namanya memiliki nuansa negara yang pernah menjajah Indonesia selama tiga setengah abad. Menjumpai bangunan-bangunan tua sebagai salah satu warisan sejarah Kesultanan Gowa, dengan area nan sejuk karena pepohonan yang menaungi. Karena sendiri saja, maka aku memiliki waktu bebasku sendiri di sini. Asyik memotreti bangunan-bangunan yang mengelilingiku, pun mengabadikan tanaman-tanaman yang tertata asri. Saking asyiknya, hingga aku baru menyadari ada tetesan tipis menghampiri ragaku. Hujan. Aku bergegas, berteduh di bawah atap bangunan, di salah satu sudut. Aku melirik jam tangan sambil berharap hujan tak akan terlalu deras dan tidak lama, karena aku memiliki janji bersama beberapa kawan yang akan mengiringi perjalananku selama empat hari ke depan.

Dan sembari menunggu kepastian alam berpihak padaku, mataku mengedari kawasan tua nan terawat ini. Sejarah berkaitan erat dengan kenangan. Faktanya, benteng ini merupakan benteng paling megah di antara tujuh belas benteng yang dimiliki Sultan Gowa pada abad ketujuh belas. Benteng yang dibangun pada tahun 1545 ini pernah hancur karena penyerangan tentara Belanda. Mereka yang menghancurkan, mereka pulalah yang membangunnya kembali. Makanya namanya kemudian menjadi Fort Rotterdam. Pada awalnya, tentu tak begitu. Benteng Jumpandang, demikian nama asli benteng ini kala dibangun pertama kali oleh Kesultanan Gowa.

Selalu ada pengharapan usai keputusasaan. Selalu ada penghiburan usai kedukaan. Dan aku tersenyum kala Tuhan mengabulkan harapku. Hujan berhenti, karena ketika kutengadahkan tanganku untuk memastikan, rintik itu hampir tak terasa. Merasa tak mau menyiakan waktu, aku kembali melangkah, kali ini lebih masuk ke area belakang kawasan yang menjadi kebanggaan warga Makassar ini. Mungkin karena jalanan aspal yang menanjak, atau beban yang ditanggung punggungku karena menyangga ransel besar berukuran lima puluh liter; aku pun mulai terengah. Dengan napas yang tak seprima sebelumnya, aku berhenti, melepas beban itu dan membiarkannya di aspal, lalu kuletakkan tubuhku sendiri di sebuah dudukan. Menengadah dan, Puji Tuhan, sungguh aku beruntung hari ini! Di sana kulihat lengkung warna-warni itu. Meski tidak tebal benar penampakannya, tipis, tapi cukup jelas terlihat. Hei, tak hanya doaku terkabul karena telah sampai di pulau indah ini tanpa merogoh kantong terlalu dalam, juga cuaca yang bersahabat, tetapi bonus yang ada jauh di atas kepalaku ini sungguh membuatku terhibur!

“Sungguhkah? Haa!”

Aku bergumam sendiri. Tak mengapa, karena tak ada pengunjung lain di dekatku saat itu. Mataku terus kukedipkan, sekadar memastikan. Namun busur warna-warni itu masih nyata di atas sana.


[Fort Rotterdam, Makassar, 05 Juni 2013]

Selalu ada pelangi seusai hujan. Mungkin kita tak selalu melihatnya, tetapi percayalah bahwa dia ada.... Serupa pengharapan yang selalu ada disediakan oleh Tuhan bagi kita.... :)


[1] Nama lain Pulau Sulawesi

Wednesday, October 9, 2013

Get Lost in Manila!

“Is  it your first time here? You will get lost...”

What? Ah, saya nggak terima dengan perkataan petugas tourist centre ini. Oh, lets back for a moment before. Rewind.... rewind....

Saya baru saja mendarat di Ninoy Aquino International Airport, Manila, dari kota Cebu. Waktu sudah beranjak malam, sekitar pukul setengah delapan. Saya berjalan menuju salah satu sudut yang bertuliskan tourist centre, hendak bertanya pada petugas di sana. Ada seorang pria yang yah, berwajah cukup tampan menurut saya.

“Excuse me, I want to ask, I want to go to Pablo Ocampo Street. Do you know how to get there?”

“Sure, you can take taxi,” jawabnya singkat.

Can I take public transportation like MRT or Jeepney?” saya masih meminta informasinya.

No,” dia menggeleng.

Why? My friend said that I can take MRT.” Saya nggak membual, ini adalah hari ketiga saya di Filipina. Di hari pertama, saya sempat beberapa jam di Manila sebelum bertolak ke Cebu City, dan sempat ngobrol dengan orang Indonesia juga yang sepenerbangan dengan saya.

Is it your first time here?” Dia balik bertanya, wajahnya tampak meragukan saya.

Yes...” Saya menjawab dengan menggantung, tidak suka sebenarnya diremehkan seperti ini, tetapi kan saya memang memerlukan informasi detail untuk menuju hostel.

You will get lost if you don’t take taxi.”

Saya menunjukkan raut muka kecewa dengan lebih terang-terangan karena perkataannya barusan. Saya mulai menyesal bertanya padanya.

So I have to take taxi? My friend said that I can go there by MRT through Pedro Gil station. Ah, alright...” Saya siap berlalu.

Hei, maam... You can take bus, HM Bus, ask the driver to take you to the MRT station, okay!” 

Mungkin, dia merasa tidak enak juga setelah melihat saya kecewa, tapi ya sudahlah. Saya bergegas menuju bus putih yang akan membawa para penumpang ke pusat kota. Pilihan yang lebih terjangkau daripada taxi. Di hari pertama saya sudah mencoba menggunakan bus ini, yaitu ke Baclaran, dan di sana ada stasiun MRT. Jadi, tidak akan susah seharusnya. Rute yang sama, kan?

Tapi entah kenapa malam itu, bus tidak memenuhi harapan saya. Dia memang lewat di sebuah kawasan ramai dengan tulisan Baclaran di salah satu bangunan ruko. Tetapi, mana terminalnya? Mana kereta kota yang lewat di atas jembatan layang itu? Saya terus berjalan, mungkin, tidak akan jauh dari sini. Mungkin ini adalah sisi Baclaran yang lain dari yang saya singgahi dua hari lalu. Saya bertekad akan menemui stasiun MRT untuk menuju area hostel saya berada. Saya melangkah saja, menutupi hidung karena astaga... bau pesing sekali jalan raya di Manila ini! Mana kotor pula. Duh. Saya mencoba bertanya kepada polisi yang ada di situ, dia hanya menyuruh saya berjalan lurus untuk menemui stasiun MRT. Yang mana lurus itu ternyata jauuuh. Tanya polisi lain lagi, masih diminta berjalan lurus lagi. Saya mulai capek sebenarnya memanggul ransel seberat kira-kira tujuh kiloan ini. Tapi saya belum menemukannya juga. Saya berhenti sebentar, mencoba berpikir daripada hanya berjalan tak tentu arah. Menenangkan diri sebentar, melihat-lihat sekitar.... hei! Ada kereta melintas di atas sana!! Saya langsung semangat, berarti tak jauh lagi stasiun MRT-nya.

Phew! Saya mengembuskan napas lega ketika memasuki salah satu gerbong MRT. Saya menunggu-nunggu untuk dapat turun di stasiun Pedro Gil. Lho... lho... kok, lewat stasiun kereta ini? Saya membuka lagi peta MRT di handphone, mencoba mencocokkan. Astaga, ini line yang berbeda! Bagaimana ini?? Mau turun, tapi saya bingung. Saya memutuskan tetap berada di kereta. Saya memperhatikan ujung line ini menuju: North Ave Station. Nah di North Ave Station seharusnya saya bisa pindah ke line lain yang ke Pedro Gil, karena meski line-nya berbeda, tetapi muaranya toh sama-sama ke North Avenue Station. Saya bergeming saja di dalam kereta. Hingga akhirnya MRT berhenti di stasiun terakhir. Kiri-kanan saya mulai beranjak, keluar dari gerbong. Mau tak mau, saya pun keluar. Melihat ada seorang polisi, saya menghampirinya dan bertanya lagi.

Sir, I’d like to go to the Pedro Gil. How?

Oh, you have to go to the Taft Ave.”

But I just arrive from there!” Saya berseru, mulai hilang sabar. Tampak si polisi menundukkan kepala seperti menyayangkan sesuatu.

“You have to take the different line to go to Pedro Gil.”

“I can’t transfer here?”

No, you can’t,” sesalnya. “You have to go back to Taft Ave and move to line 1, okay?

Gila! Saya lemas dan kembali masuk gerbong kereta. Duduk di sana dengan pasrah. Saya kembali mengikuti kereta yang sama, tapi rute yang berkebalikan. Saat sudah tiba di Taft Ave, saya mencoba mencari line 1. Seseorang menegur saya, lagi-lagi polisi.

Now is too night, the LRT only operate until 9.30 pm.

Bagus! Saya menepuk jidat, lalu bertanya apa yang harus saya lakukan jika ingin menuju Pablo Ocampo Street. Dia menyarankan saya naik Jeepney di bawah. Saya menuruti. Tetapi setelah turun tangga stasiun MRT dan mendapati beberapa Jeepney, saya tidak menemukan nama jalan yang saya cari. Sang sopir pun bingung ketika ditanya.

Bahu mulai turun, saya lelah, saya tersesat, tepat seperti yang diramalkan oleh petugas bandara tadi. Padahal, saya sempat tersinggung dengan ucapannya. Dia tak tahu kalau saya sudah sering bertualang dengan cara ekonomis, masa gini aja nyasar? Itu ucapan saya tadi dalam hati saat dia meremehkan saya. Tapi toh ucapan dia ada benarnya. Dan sekarang sudah mendekati pukul sepuluh malam, nggak lucu kalau saya terus ada di jalan raya tak jelas seperti ini. Akhirnya, saya pun....

“Sir, can you take me to Pablo Ocampo Street, near Century Park Hotel?” Saya membuka pintu salah satu taxi yang terparkir di situ dan berbicara pada sang sopir. 

Ya, saya sudah tak berpikir tentang persediaan uang yang semakin menipis, ini sudah malam, saya naik taxi juga akhirnya ke hostel.

And the best part is, meski saya sempat ketus karena menganggap pak sopir terlalu banyak bertanya dan tampak bingung dengan tujuan saya, tetapi dia tetap meladeni dengan ramah. Dia bahkan mengajak saya ngobrol, saya dari mana, berapa lama di Manila, dan mengajari sedikit bahasa Tagalog.

So this is your hostel.” Kami berhenti di sebuah bangunan di seberang Hotel Century Park. The Buoy Hostel, tepat seperti nama yang tertulis di kertas yang saya pegang.

Ah, thank you, Sir!” Saya berujar lega, terlebih ketika mendapati tarif taxi tidak terlalu mahal, sekitaran 80an peso.

“What’s your name?”

“Dini.”

My name is Peter,” dia mengajak bersalaman, saya menyambut tangannya, “and I am your friend here.” Dia tersenyum, sangat, sangat, menenangkan. 
Oh, leganya....

Welcome to Manila, Dini. :)

(based on my traveling at Oct 5th, 2013)

Monday, January 28, 2013

Sumatera Barat: Pesona Wisata yang Lengkap!

 
at Ngarai Sianok, Bukittinggi




Di liburan akhir pekan yang panjang tanggal 24 - 27 Januari 2013, saya dan enam kawan pejalan lainnya berkesempatan untuk mengunjungi Sumatera Barat. Dan sebelum lupa, saya akan mencoba merangkum perjalanan kami selama empat hari di provinsi ini. Perjalanan kami memang berawal dan berakhir di kota Padang, sebagai titik tolak pesawat dari dan menuju Jakarta. Namun selama empat hari kami lebih banyak mengunjungi tempat-tempat menarik yang ada di luar kota Padang, antara lain: 
Tanggal 24: 
Mengunjungi Lembah Anai dan Minang Village (melihat rumah gadang dan mencoba pakaian adat Minang) yang ada di Padang Panjang, Danau Maninjau di Kabupaten Agam, dan Jam Gadang di Bukittinggi, sekaligus menginap di guesthouse di Bukittinggi. Untuk wisata kuliner, di hari pertama saya mencicipi Sate Mak Syukur dan Teh Taluak (Teh Telur) di Padang Panjang, juga Es Tebak di Bukittinggi. 

Sate Mak Syukur, Padang Panjang

Mencoba baju adat di Minang Village, Padang Panjang

Jam Gadang, Bukittinggi


Tanggal 25:
Masih di Bukittinggi, kami berkeliling Ngarai Sianok dan masuk ke Lubang Jepang, menikmati kuliner khas Gulai Itiak Lado Mudo di sekitar Ngarai Sianok, lalu beranjak menuju Payakumbuh untuk melihat pesona Lembah Harau. Malamnya kami kembali ke Bukittinggi dan melahap nasi kapau yang nikmat.
Lembah Harau, Payakumbuh
Tanggal 26:
Meninggalkan Bukittinggi, kami pun menuju Sawahlunto. Tempat terakhir yang kami kunjungi di Bukittinggi adalah kediaman Bung Hatta, wakil presiden pertama Indonesia. Lalu kami singgah juga di Tabek Patah untuk mengagumi pemandangan terasering sawah dilatar belakangi pegunungan, sambil menyesap teh dan kopi khas yang disediakan di sebuah kedai yang nyaman. Lalu mampir juga di Istana Basa Pagaruyung di Batu Sangkar untuk melihat rumah gadang yang besar. Sampai di Sawahlunto, kami mengunjungi Museum Gudang Ransum, Lubang Tambang Mbah Suro, dan malamnya melihat kerlip kota Sawahlunto dari Puncak Cemara. Menginap di salah satu homestay yang dikelola warga lokal juga memberi pengalaman menarik bagi kami, tak lupa sensasi menumpangi mobil bak terbuka menuju Puncak Cemara yang diakhiri dengan bercengkerama di alun-alun kota. Hehehe ^^ Di Sawahlunto ini saya juga menyempatkan mencicipi Martabak Kubang Mesir dan sekali lagi minum teh taluak untuk menghangatkan badan.
Tabek Patah

Tanggal 27:
Di hari terakhir ini, kami beranjak dari Sawahlunto menuju kota Padang. Di dalam perjalanan kami mampir di Solok untuk menghirup udara segar di Kebun Teh dan memandangi pesona Danau Kembar. Makan siang dengan kuliner khas dendeng batokok menyertai kenikmatan perjalanan kami, sebelum benar-benar menuju kota Padang. Di Padang, kami mengunjungi kawasan Kota Tua, melewati Teluk Bayur, singgah di Pantai Air Manis tempat batu Malin Kundang si anak durhaka, lalu mampir di Jembatan Siti Nurbaya. Setelah itu merasakan sensasi es durian Ganti Nan Lamo di Jl. Pulau Karam, dan tertegun menyaksikan proses tenggelamnya matahari di Pantai Padang, hingga akhirnya menuju Bandara Internasional Minangkabau untuk kembali menuju Jakarta.
Dendeng Batokok, Solok

Es Durian Ganti Nan Lamo

sunset di Pantai Padang

Sebuah perjalanan yang menyenangkan dan lengkap, karena dalam empat hari ini kami bisa menikmati wisata alam, budaya, sejarah, juga kuliner sekaligus. Sebuah perjalanan yang mengasyikkan bersama Nia, Achiedz, Fendry, Happy, Rika, dan Tatz. Saya merekomendasikan Sumatera Barat sebagai salah satu provinsi tujuan wisata bagi para pejalan. Saya harap nanti saya akan bisa menguraikan lebih rinci lagi tentang perjalanan kami, namun sementara artikel inilah yang menjadi pengingat bagi saya. Indonesia memang luar biasa indah, kawan. :)

Monday, November 5, 2012

Sneak Peek of Dieng Trip

Bagi saya, selalu ada cerita tersendiri setiap saya usai melakukan suatu perjalanan. Kapasitas otak saya terbatas untuk mengingat setiap pengalaman berharga saya, maka di sinilah saya mendokumentasikannya. Akhir pekan lalu (2-4 November 2012), saya melakukan perjalanan ke Dieng, Wonosobo - Jawa Tengah. Ada beberapa hal yang ingin saya ceritakan ..


Pengalaman pertama saya menjadi peserta trip organizer .. menikmati alam indah di dataran tertinggi kedua di dunia ini .. hingga tersengal-sengal mendaki Gunung Sikunir untuk menikmati pemandangan matahari terbit di pagi hari. Saya bersyukur ada teman-teman baru yang bersedia menjadi penopang dan penyemangat saya. Karena jika saya sendiri, saya yakin dengan mudahnya saya akan lebih memilih menyerah dan duduk saja di pinggir tanjakan. 



Saya akan menceritakan semuanya, tapi nanti. Untuk sementara, biarlah artikel pendek dan cuplikan beberapa foto ini menjadi semacam sneak peek untuk cerita lengkap saya, nanti. ;)








dinoy

Wednesday, August 1, 2012

Traveling With Parents



Hari ini salah satu akun twitter tentang traveling (@KartuPos) membahas tema ‘Trip With Parents’ yang diberi hashtag #TripWParents. Saya jadi teringat akan perjalanan yang saya lakukan bersama papa saya, dua kali: di tahun 2010 dan tahun 2012. Karena keinginan saya untuk menceritakan pengalaman itu membutuhkan lebih dari 140 karakter, maka saya tuangkan saja di travel blog saya ini.

A Journey to the Island of Gods  
Di bulan September 2010, saya dan papa melakukan perjalanan wisata ke Pulau Bali, saat libur lebaran. Keinginan ini berawal dari saya teringat bahwa papa belum pernah menginjakkan kaki ke pulau yang sering dijuluki sebagai surga dunia ini, dan semasa hidupnya mama pernah mengatakan kalau suatu saat ingin membawa papa ke Bali. :’) Saya sendiri sudah dua kali pergi ke Bali sebelumnya, waktu masih kecil bersama mama, dan waktu perpisahan SLTP. Ide ini muncul sekitar bulan Mei 2010, saat saya menyadari bahwa lebaran tahun tersebut saya akan menerima tunjangan dari kantor sebesar satu kali gaji penuh. Saya pun mengalokasikan tunjangan itu untuk biaya ke Bali bersama papa.

Saya memutuskan untuk membeli paket tur murah meriah selama di Bali, karena saya sadar Bali bukanlah tempat yang memiliki sarana transportasi umum yang baik. Jika ingin berjalan-jalan secara mandiri, harus menyewa kendaraan sendiri, dan itu lebih ribet. Setelah browsing sana-sini,saya pun memilih paket 3 hari-2 malam yang ditawarkan oleh Pondok Sari Kuta, Bali. Secara garis besar, paket itu berisi: akomodasi di hotel bintang 3, mobil pribadi beserta supir, makan 4 kali, dan mengunjungi tempat-tempat wisata seperti Uluwatu, Tana Lot, Pantai Dreamland, kompleks Garuda Wisnu Kencana, dan Jimbaran. Untuk masalah transportasi menuju ke Bali dan pulangnya, saya memadukan antara kereta api dan pesawat terbang, untuk menghemat biaya namun tidak terlalu lelah juga. Jadi dari Surabaya kami menuju Denpasar menggunakan jasa kereta api yang sudah sepaket dengan bis Damri (Surabaya-Banyuwangi-Denpasar). Sedangkan dari Denpasar saya memesan tiket pesawat Merpati untuk papa kembali ke Surabaya, dan Citilink untuk saya langsung ke Jakarta.

Tana Lot



Garuda Wisnu Kencana


Uluwatu

Kuala Lumpur-Singapura, Visiting The Neighbour Country
Traveling yang kedua, adalah sekaligus untuk pertama kalinya papa saya pergi ke luar negeri, di bulan Maret 2012. Tak tanggung-tanggung, saya membawa beliau ke dua negara sekaligus dalam empat hari: Malaysia yaitu ke Kuala Lumpur dan Putrajaya, dan ke Singapura. Ini juga karena saya bisa dapat tiket pesawat murah dari promo yang diselenggarakan Air Asia. Perjalanan kali ini saya mencoba mengenalkan papa pada hobi saya jalan-jalan ala ransel, namun tentu saja dengan beberapa penyesuaian. Misalnya, untuk menghemat biaya saya tetap memesan penginapan di hostel di daerah Chinatown, Kuala Lumpur. Namun saya memesan kamar yang private isi dua ranjang, bukan dorm yang rame-rame ya, saya takut papa saya kaget, hehe. Itinerary juga saya susun agar tidak terlalu padat, namun tetap mengunjungi beberapa high lite di dua negara tersebut. Puji Tuhan, dalam empat hari kami bisa mengunjungi KLCC (melihat Twin Tower), Putrajaya, pasar malam Chinatown, Bugis, Merlion Park, Orchard Road, dan Chinese Garden. Karena ala backpacker, maka selama bepergian kami menggunakan sarana transportasi umum, yaitu kereta Light Rapid Trans dan bus umum selama di Kuala Lumpur, dan kereta Mass Rapid Trans selama di Singapura. Papa saya terlihat senang selama menaiki moda transportasi ini, karena tidak ada di Indonesia.


Putrajaya


Di dalam Skybus Changi Airport


Tips dan Trik Selama Traveling Bareng Orang Tua
-   Susun itinerary  dengan menyesuaikan kondisi orang tua. Jangan sampai terlalu padat untuk menghindari kecapekan, juga jangan terlalu pelit dalam hal makan. Maksud saya, jika bepergian sendiri atau dengan teman-teman sebaya, kita boleh saja memadatkan itinerary dalam sehari, dan berhemat dalam hal makanan-menahankan diri untuk tidak terlalu sering makan besar. Namun jika pergi dengan orang tua, kita harus mengingat kondisi fisik mereka yang kurang prima dibandingkan dengan kita, juga melonggarkan bujet makan.

-  Pekalah akan kondisi fisik orang tua. Jika orang tua kita menunjukkan sinyal kelelahan, jangan langsung menggerutu. Ada baiknya menuruti keinginan mereka untuk beristirahat sejenak. Hal ini juga terjadi selama perjalanan di Kuala Lumpur dan Singapura, saat berjalan kaki papa beberapa kali meminta break untuk mengistirahatkan kaki. Juga saat ke tujuan terakhir di Chinese Garden Singapura, papa memilih untuk beristirahat di gerbang dekat MRT sementara saya masuk sebentar dan melihat suasana di Chinese Garden.

-   Toleransi terhadap kebiasaan-kebiasaan dan cara berpikir orang tua yang berbeda dengan kita. Haha, ini bukan bermaksud menjelek-jelekkan orang tua, tidak sama sekali. Namun sering kan kita merasa terusik dengan kebiasaan orang tua yang menurut kita kurang penting? Misalnya, saat hendak ke Singapura dari Kuala Lumpur, papa sudah mencereweti saya untuk bersiap pada pukul setengah tiga pagi. Padahal flight terjadwal pukul setengah delapan, dan harus sudah ada di airport pukul enam pagi. Saya tahu papa berniat baik, yaitu jangan sampai tertinggal bus menuju airport, namun saya sempat menggerutu karena masih mengantuk, hahaa. Ya, prinsip papa lebih baik menunggu di airport daripada terlambat. Atau, kita juga perlu mengingatkan orang tua akan tata tertib di negara asing yang kita kunjungi. Misalnya, saya sempat menegur papa saat tidak sengaja membuang sampah sembarangan di Bugis Street, Singapura. Jangan sampai deh traveling jadi bête karena kebiasaan-kebiasaan yang berbeda, just gives them respect for their thoughts. :)

-   Jangan bosan memberi mereka keterangan untuk setiap tempat yang dikunjungi, agar orang tua tidak sekedar jalan-jalan, namun juga sekaligus menambah wawasan. Saat berkeliling Putrajaya dengan membeli paket tur dalam bahasa Inggris, papa beberapa kali menanyakan  arti penjelasan yang diberikan oleh pemandu di dalam bus. Ya saya pun berusaha telaten dengan menerjemahkannya secara umum.

Intinya sih, traveling bareng orang tua tetep bisa fun selama kita bisa memahami kebutuhan mereka, dan menyesuaikan juga dengan keinginan kita. Sedikit mengalah tidak ada salahnya kan, toh selama umur kita masih muda, kesempatan kita untuk menjelajah dunia juga masih banyak. Tidak ada ruginya sesekali berbagi bersama mereka. :)

Happy traveling with parents! ;)

dinoy


Friday, July 27, 2012

I said Hello to Balikpapan


pic from http://kikydarmawan.student.umm.ac.id/balikpapan/

Ini adalah rangkuman pengalaman saya selama melakukan perjalanan empat hari di Balikpapan, yaitu pada tgl 17-20 Mei 2012, ke tempat seorang kawan semasa kuliah. 

Review saya tentang beberapa tempat di kota yang terkenal bersih dan menjadi langganan penerima penghargaan Adipura ini dimuat di www.pergidulu.com.Saya berterima kasih kepada pasangan Adam & Susan yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menayangkan tulisan-tulisan perjalanan saya di web milik mereka. Setiap saran dan kritik yang diberikan telah membantu saya mengembangkan cara menulis saya ..

Jadi inilah tautan-tautan berisi cerita saya di Balikpapan ..
Balikpapan: Pesona Wisata Kalimantan Timur - 27 Mei 2012 -
http://www.pergidulu.com/blog/2012/05/balikpapan-pesona-wisata-kalimantan-timur/


Pantai di Balikpapan - 05 Juni 2012 -
http://www.pergidulu.com/blog/2012/06/pantai-balikpapan/


Oleh-Oleh Khas Kalimantan - Kebun Sayur, Balikpapan - 11 Juni 2012 -
http://www.pergidulu.com/blog/2012/06/oleh-oleh-khas-kalimantan/


Bukit Bangkirai & Canopy Bridge di Balikpapan - 23 Juni 2012 -
http://www.pergidulu.com/blog/2012/06/bukit-bangkirai-balikpapan/


Beruang Madu, Maskot Kota Balikpapan - 02 Juli 2012 -
http://www.pergidulu.com/blog/2012/07/beruang-madu-balikpapan/


Menghabiskan Malam di Balikpapan - 25 Juli 2012 -
http://www.pergidulu.com/blog/2012/07/menghabiskan-malam-di-balikpapan/


Semoga review-review saya tersebut dapat membantu bagi traveler yang hendak ke Balikpapan. :)


dinoy

Monday, June 4, 2012

Balikpapan Chapter 2: The Beach

Halo .. halo .. ulasan saya berlanjut tentang kota Balikpapan, kali ini adalah tentang pantai nya. Diantara beberapa pantai yang terdapat di kota yang terkenal dengan kepiting kenari nya ini, saya mengunjungi dua pantai yang berada di pusat kota, yaitu Pantai Kemala dan Pantai Melawai. Mau tahu cerita saya mengenai dua lokasi tersebut? Baca di sini yaa .. http://www.pergidulu.com/blog/2012/06/pantai-balikpapan/ ^^

And if you have something to say, i would really appreciate if you would like to leave your comment on that web. Thank you very much!! XD

Sunday, May 27, 2012

Balikpapan The Series - Ch. 1



Seperti yang sudah saya katakan di postingan terakhir saya, saya akan melanjutkan cerita perjalanan saya di Balikpapan dalam cerita berseri, tapi di tempat lain.  Saya sekarang sedang kerja bareng dengan pasangan traveler Adam dan Susan yang telah membuat suatu web berisikan tentang cerita traveling, dan saya mulai berkontribusi untuk mengisi konten di dalam nya. Dan kemarin, cerita tersebut sudah mulai dipublikasikan, diawali dengan overview saya tentang kota Balikpapan. 

Tertarik untuk membacanya ? Jangan ragu untuk meng klik link di bawah ini :

http://www.pergidulu.com/blog/2012/05/balikpapan-pesona-wisata-kalimantan-timur/


Waiting for your respond, guys ! ^^

Saturday, October 1, 2011

mencicipi Kuala Lumpur :)








Jadi ini adalah cerita my last-minute-plan-getaway ke Kuala Lumpur.. Kenapa disebut last-minute? karena emang gak ada rencana, dadakan untuk ini, bener-bener begitu saja pengen, dan kebetulan lagi ada tiket promo dari Lion Air untuk rute baru. Jadi alasan yang aku maksud adalah :






  1. Pengen liburan, lagi sumpek, dan kebetulan seorang sahabat bakal menghabiskan waktu liburannya juga disana (jadi ada temen getto)
  2. Sekalian sedikit survey dan menguasai medan karena Maret 2012 akan mengajak papa ku kesana, jadi biar ga blank amat gitu
  3. Pemanasan buat my solo trip to Bangkok this October, wkwkwkw
  4. Ketemu temen baru di KL, kenal dari mas Ari, temen waktu backpacker an ke Singapore :)

Nah ya sudahlah, langsung bahas aja rincian aku disana ngapain aja dan habis berapa aja ya.. :) Aku ke KL dari tgl 7-9 Agt '11, naek Lion Air. Total aku beli tiket ini di awal Juli, Rp 800 ribu. Sempat ngerasa gambling sih, karena si Singa ini lagi diambang batas kesabaran para konsumen nya karena keseringan delay >_< apalagi beberapa kali baca keluhan di socmed (twitter,fb) kalo ada yg lagi kena korban delay nya Lion Air. Eh tapi Puji Tuhan nih ya, pas kemaren baik berangkat maupun pulang, gak ada delay! Tgl 07 berangkat dari Jkt, take off pkl 09.30 (dari jadwal 09.05, ya masih oke lah ya), malah yg pas balik ke Jkt nya lebih ontime lagi, penumpang sudah dipersilakan masuk pesawat pkl 12.30 (dari jadwal take off pkl 13.00). Di KL, aku memang tidak terlalu banyak mengunjungi spot-spot wisata, karena sebenarnya spot wisata yg sebenarnya ada di luar KL (will need more time and cost). Yah namanya juga liburan dadakan, tapi cukup puas juga sih keliling kota :)


Day 1: Tiba di Kuala Lumpur International Airport sekitar pukul 12.30 waktu KL (+1 dari WIB). Beruntung deh naek Lion Air ini, karena meskipun dia masuk kategori Low Cost Carierr, tapi dia dapet jatah di KLIA instead of LCCT (Low Cost Carier Terminal). Im so amazed with this airport. Awalnya habis turun dari pesawat, sempet bingung mo kemana untuk urusan imigrasi? Dan aku lihat ada Aerotrain yang entah kemana, tapi setelah aku tanya pada petugas informasi, memang harus naek kereta canggih itu untuk menuju imigrasi dan ruang airport utama :) Jadi memang antara boarding gate dan ruang utama airport terpisah, dan dihubungkan dengan aerotrain. Jadi cepat-cepatlah aku memasuki Aerotrain yg saat itu udah siap berangkat. Usai berurusan dengan Imigrasi yg lebih lama antrinya daripada urusan inti nya sendiri (waktu itu hari Minggu, banyak banget yang baru datang ke KL), aku langsung mencari tempat mangkalnya bus yang akan membawaku ke Puduraya (berdasarkan hasil googling dan petunjuk dari Hostel bookers, cara termudah dan termurah menuju Hostel ku di China town adalah dengan naik Star Shuttle Bus ke Puduraya). Tidak susah juga mencari bus stesyen ini, karena petunjuk-petunjuk di KLIA sangat jelas. Turun dua lantai ke basement, kita sudah mendapati sekitar 3 loket bus dg berbagai tujuan. Aku langsung menuju loket Star Shuttle yang ada tulisannya menuju Chinatown,Kota Raya,Puduraya. Aku membeli tiket bus seharga 10RM, dan menunggu sekitar setengah jam untuk menuju jadwal pemberangkatan pukul 13.30. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 45 menit dari airport, dengan kondisi bus yang nyaman, ber AC, bersih, dan tempat duduk lega. Melebihi ekspektasiku, bus ini tidak berhenti di Terminal Puduraya seperti yang dijelaskan di HostelBookers, tapi dia berhenti di perempatan dekat Chinatown. Aku segera membuka kertas print out an dari HostelBookers,membaca petunjuknya. Mudah saja, aku melihat Hotel Ancassa, terus setelah lihat hotel itu disuruh jalan terus dan belok kiri. Masuk ke gang yang namanya Jalan Sultan, terhampar banyak hostel dan budget hotel disana.. wew. Nama Hostel yang aku tempati adalah Backpackers Travellers Inn, yang ternyata banyak dijiplak dengan nama-nama yang mirip, makanya si HostelBookers sudah ngasi warning duluan, kalo BTI ini yang asli ada disebelahnya Swiss Inn Hotel. Dari kejauhan sudah keliatan Swiss Inn Hotel nya, tapi sebelum menuju kesana aku putuskan dulu untuk cari SIM Card lokal untuk menghubungi teman baru di KL.Banyak yang rekomen cari aja di Seven Eleven, eh tapi aneh aja, Sevel yang di Jalan Sultan ini gak nyediain SIM Card. Tapi si petugas kasi tau aku untuk beli di sebelah,yang ternyata memang gerai pulsa dan SIM Card. Singkat cerita aku beli perdana Tune Talk dan pulsanya,total isi 9RM pulsa dengan harga 15 RM. Lanjut ke hostel yang udah dekat, aku masuk untuk check in. Agak kesel sih karena disuruh nunggu lumayan lama oleh bapak tua yang lagi jaga resepsionis. Tapi kekesalan itu terbayar saat si bapak bilang "Sorry for keep you waiting" dengan senyum ramah nya. Aku nunjukin bukti booking ku dari HostelBookers (fyi this is my first time booking hostel sendiri), si bapak ngecek, dan aku disuruh bayar sisa nya seperti yg tertera di bukti booking an. No problem at all. Hostel ini yang paaaalingg murah, hanya 12RM untuk 1 malam, jadi total aku perlu bayar 24RM yang sudah kubayar 10% nya waktu booking online dengan kartu kredit, sehingga yang perlu aku bayar ke si bapak adalah 21.6RM. Aku dikasi kunci, sarung bantal, dan seprei kasur. Aku memang booking female dorm, but precautional aja sih, hostel ini hanya untuk kamu yang benar-benar cuek!Karena untuk menuju female dorm kita harus melewati male dorm terlebih dahulu, baru diujung ketemu female dorm. Aku gak sampe nyasar, karena ada petugas yang nganterin aku :) Kelar berbenah, aku hubungi teman baru yang bernama Zian, teman dari mas Ari, yang memang sengaja datang untuk mengambil titipan dari mas Ari. Dia menemani aku ke Pasar Seni(Central Market) untuk ketemu Sha disana (teman mas Ari juga, sudah janjian sebelumnya). Pasar Seni ini juga dekat dengan lokasi hostelku, paling cuma jalan gak lebih dari 10 menit. Sebelum ke Pasar Seni aku mampir dulu di SevEl dekat hotel untuk beli air mineral dalam botol kecil seharga 1.5RM. Pasar Seni ini cocok buat yang doyan shopping,terutama suvenir-suvenir, tapi aku cuma lihat-lihat saja disana. Mampir makan disana, aku beli nasi (nasi putih nya bersantan entah apa namanya, tapi beda dg nasi uduk),sayur toge dan kari ikan (tongkol ?) dengan total 6RM. Sayangnya aku gak jadi ketemu Sha karena dia ada urusan mendadak di Melaka, jadi sore sampai malam itu aku habskan bersama cik Zian, jalan-jalan sambil ngobrol-ngobrol seru! Dia bawa aku ke KLCC, yeah, mall yang dekat (atau bagian dari ?) Petronas Tower. Untuk ke KLCC kita naik LRT (kereta yang dijalankan dengan sistem semacam MRT kalo di Singapore) dari stesyen Pasar Seni. Tiket untuk Single Trip LRT harganya bervariatif sesuai jaraknya, dan dari Ps Seni ke KLCC cost nya 1.6RM. Yakh mulailah kekaguman saya dengan sistem transportasi di KL ini (hehe, sudah ter mindset dengan nuansa metromini dan kopaja di Jakarta sik ya), ya udah plek lah dengan yang di Singapore. Dalem nya adem, petunjuknya jelas bunyi tiap mo berhenti di stesyen LRT (gak kayak Busway yang lebih sering rusaknya petunjuk jalan nya). Tiba di KLCC, kita keliling mall sebentar sebelum akhirnya Zian ngajak aku duduk-duduk di taman didepan KLCC yang ada kolamnya. Dari situ Petronas Tower terlihat megah, Zian dengan baik hati menawarkan untuk mengabadikan gambarku dengan latar belakang Petronas Tower. Hihi baiknya, secara aku gak bawa kamera, wkwkw..

Dari KLCC, kita lanjut ke Bintang Walk. Nah menuju Bintang Walk ini ternyata gak bisa sekali naik, harus dua kali. Ke KL Sentral dulu dg LRT (1.6RM) lanjut jalan ke monorail stesyen, baru deh naek monorail ke Bukit Bintang dg cost 2.1RM. Apa bedanya monorail dengan LRT? Nah ini Zian yg jelasin, kalo monorail ada pemandunya alias ada orang yg ngejalanin. Bukit Bintang ini kawasan rame juga, ada beberapa spot perbelanjaan/mall disana, kami masuk salah satu mall sambil ngobrol2, namanya mal LotTen, ada store National Geographic disana. Habis gitu jalan-jalan lagi, sekalian nemeni Zian buka puasa di AW,sementara aku makan Sari Roti yang masih sisa yang aku bawa dari Jakarta.Btw disana buka puasanya pukul 19.30, dan pukul 19.00 suasanya masih cukup terang. Akhirnya sekitar pukul 20.00 Zian mengantarkan ku kembali ke hostel di Chinatown, dengan rute : monorail Bukit Bintang-KL Central monorail (2.1RM), LRT KL Central-LRT Ps Seni (1RM). Sampai di Hostel,aku cukup lelah, jadi aku putuskan untuk beristirahat setelah mandi.


Day 2: Ini hari dimana aku janjian bakal ketemu dengan sahabat-sahabatku:Lia dan Meli yang baru menghabiskan liburannya di Seoul 9 hari dan singgah dulu di KL, juga dengan orangtua Lia yang ikut serta dari Indonesia. Tapi karena mereka baru datang siang, aku putuskan jalan-jalan sebentar, melewati kawasan Chinatown yang masih sepi saat pagi, ke stesyen LRT Pasar Seni untuk pergi ke Masjid Jamek (1.2-1.4RM,sori lupa hehe) yang kata Zian merupakan kawasan orang Melayu. Jalan-jalan saja disana, itung-itung olahraga sambil liat suasana,hehe, liat juga bangunan Masjid Jamek berwarna coklat. Jalan-jalan tak tentu arah, eh ketemu LRT Stesyen Bandaraya. Pagi itu juga aku memutuskan untuk menghubungi Sha untuk memberikan dua buku yang sudah terlanjur kubelikan buatnya, sayang kalau dibawa pulang lagi. Sha memintaku datang ke LRT Stesyen Taman Jaya, ketemu dengan Aie, suaminya. Nah dari Bandaraya ini tidak ada akses langsung ke Taman Jaya, jadi naik dulu balik ke Masjid Jamek (1.2RM), baru dari Masjid Jamek menuju Taman Jaya dengan cost 2.1RM :) Lepas bertemu dengan Aie dan memberikan buku sambil ngobrol sejenak, aku memutuskan untuk langsung menuju KL Sentral, tempat janjian ketemu dengan Lia dan lainnya. Dari Taman Jaya langsung naik LRT ke KL Sentral (2.1RM). Ohya lupa, waktu di Stesyen Pasar Seni aku menyempatkan beli roti-roti mini seharga masing-masing 1RM tiga biji, total 3RM,sementara minum nya aku sudah beli di hostel yang ternyata harganya lebih murah dari SevEL, hanya 1RM dg ukuran yang sama tapi beda merk :) Di KL Sentral ketemu Lia, Meli,dan orang tua Lia, kami jalan sekitar 10 menitan ke Hotel Sentral tempat mereka menginap. Hehe, lumayan juga sih ngadem, ngincipi kamar hotel nya :D Kami berlima lantas menuju KLCC dari KL Sentral LRT Stesyen, tarifnya sama saja dengan berangkat dari Pasar Seni:1.6RM. Disana kami makan siang, aku baru ingat kalau aku baru makan nasi sekali, yaitu saat di Pasar Seni kemarin sorenya, jadi makanku cukup kalap dan mahal,hehe: Nasi Briyani+udang+Babi (ngok!), plus air mineral, total 15.2RM. Lanjut kita muter-muter mall, juga foto-foto dg latar Petronas Tower. Lantas kembali ke hotel dengan rute sebaliknya dan cost yang sama, untuk istirahat, maklum mereka kan baru sampai. Kalau aku sih lumayan tidur-tiduran juga sambil ngadem dan manfaatin wifi nya,huehe.. Malamnya, kami pergi ke Pasar Seni dan Chinatown, kali ini adiknya Lia yang kuliah disana join juga. Kami naik bus ke Ps Seni dari seberang hotel, dengan cost 1RM, tapi dibayarin adiknya Lia, so nggak aku masukin rincian biaya :) di Ps Seni, kami mau makan malam, tapi ternyata tenant foodcourt banyak yang sudah tutup, waktu itu sudah sekitar pukul 20.30. Untung nya ada satu tenant thai food yang masih buka, aku milih menu Kwetiauw Ayam Goreng dg harga 7.5, air minumnya masih ada yg aku beli di KLCC tadi siang. Usai makan, kami ngider ke kawasan Chinatown, yang ramai sekali saat malam, ramai pedagang, Lampion juga nyala meriah, banyak pedagang menjajakan barang-barang baik suvenir maupun baju-baju, tas, sepatu, dll. Kaos dengan icon Petronas dibandrol rata-rata 6RM, pajangan-pajangan Petronas Tower dengan harga variatif, 5-15RM tergantung size, gantungan kunci dg harga 10RM untuk satu renteng isi 6. Dasarnya aku nggak ada budget untuk shopping, aku cuma lihat-lihat saja, tapi toh akhirnya memutuskan untuk beli miniatur petronas tower dengan harga 6RM (harga pas gak boleh nawar, mana yang jual anak cowok dengan wajah tengil,lempeng aja sekalipun dah coba nawar,wkwkwkwk), ya sekedar kenangan aku dah pernah ke KL :).. Pas di Chinatown ini aku ngerasa badanku dah agak drop.. menjelang pukul 10 malam aku berpisah dengan Lia dan lain-lain, karena toh hostelku sudah dekat, dan mereka juga mau balik ke Hotel Sentral. Sebelum naik ke kamar, aku beli lagi air mineral di resepsionis seharga 1RM,plus beli toilet paper (50sen) karena Kamar Mandi nya nggak nyediain Toilet Paper dan gak ada semprotan buat cebok >_<


Day 3: Aku bangun sekitar pukul 08.30, dan untung nya badanku dah segeran, tapi toh aku nggak memutuskan kemana-mana lagi karena flight balik ke Jakarta pukul 13.00, nanggung banget. Jadi aku mandi, packing, dan check out. Sebelum check out aku masih sempat manfaatin wifi dulu di lantai satu, juga beli air mineral buat sangu. Sekitar pukul 09.45 aku memutuskan untuk pergi, pamit dengan petugas hostelnya, nggak lupa salaman dan bilang "Thank You very much" :) Jalan keluar, aku melihat ada kios yang jual popiah, makanan mirip lumpia basah, seharga 1.8RM, aku beli dua untuk bekal isi perut sampai di Jakarta. Aku memutuskan pergi ke KLIA naek Bus dari KL Sentral. Sebenernya sih katanya bisa juga ambil Bus ke KLIA dari Terminal Pudurya,jalan kaki kira-kira 10 menit dari Chinatown, tapi aku males cari arahnya, jadi aku memutuskan ke KL Sentral dari LRT Stesyen Ps Seni.. yah, sekalian menikmati canggihnya transportasi ini terakhir kalinya, haha! Sampai di KL Sentral pukul 10.15, pas sekali dengan jadwal bus Airport Coach nya yang pukul 10.30, jadi ga nunggu terlalu lama. Di dalam bus, aku menikmati dua popiahku, lumayan ngisi perut, karena pagi nya aku habis BAB (akhirnya) di Hostel,wkwkwkw.. Harga tiket Airport Coach bus sama saja dengan Star Shuttle, yaitu 10RM. Perjalanan ke KLIA sekitar satu jam jadi sampe sana sekitar pukul 11.30.. check in di Lion Air nggak terlalu lama, terus naek Aeoro Train menuju boarding gate, dan menunggu sampai sekitar pukul 12.30 untuk masuk pesawat dan take off sekitar pukul 13.15.. Great!














Jadi dengan total 200RM, dan aku menganggarkan nggak boleh lebih dari 150RM, eh ternyata masih bisa nyisa 79RM, jadi total pengeluaran 121RM sbb:

Day 1:

Star Shuttle (KLIA-ChinaTown): 10RM

SIMCard TuneTalk+pulsa : 15RM

Pelunasan Hostel : 21.6RM

Air Mineral di Seven Eleven : 1.5RM

Makan di Pasar Seni : 6RM

LRT Ps Seni-KLCC : 1.6RM

LRT KLCC-KL Sentral : 1.6RM

Monorail KLSentral-BukitBintang:2.1RM

BukitBintang Monorail-KL Sentral: 2.1RM

LRT KL Sentral-Ps Seni : 1RM

Total Day 1 : 62.5RM


Day 2:

Air Mineral beli di Hostel : 1RM

3Roti : 3 RM

LRT Ps Seni-Masjid Jamek : 1.2RM

LRT Bandaraya-Msjd Jamek:1.2RM

LRT Masjid Jamek-Taman Jaya:2.1 RM

LRT TamanJaya-KL Sentral:2.1RM

LRT KL Sentral-KLCC :1.6RM

Lunch at KLCC :15.2RM

LRT KLCC-KL Sentral : 1.6RM

Dinner at Pasar Seni :7.0RM (aslinya 7.5, tapi 50 sen nya dikasi lebih sama Lia krn ga ada kembalian)

Miniatur Petronas :6RM

Air mineral di Hostel :1RM

Toilet Paper : 0.5RM

Total Day 2 : 43.5RM


Day 3:

Air Mineral at Hostel : 1RM

Popiah 2 :3.6RM

LRT Ps Seni-KL Sentral:1RM

Airport Coach Bus :10 RM

Total Day 3 : 15.6 RM


Total Day 1-3 :121.6RM


~dinoy