Wednesday, October 9, 2013

Get Lost in Manila!

“Is  it your first time here? You will get lost...”

What? Ah, saya nggak terima dengan perkataan petugas tourist centre ini. Oh, lets back for a moment before. Rewind.... rewind....

Saya baru saja mendarat di Ninoy Aquino International Airport, Manila, dari kota Cebu. Waktu sudah beranjak malam, sekitar pukul setengah delapan. Saya berjalan menuju salah satu sudut yang bertuliskan tourist centre, hendak bertanya pada petugas di sana. Ada seorang pria yang yah, berwajah cukup tampan menurut saya.

“Excuse me, I want to ask, I want to go to Pablo Ocampo Street. Do you know how to get there?”

“Sure, you can take taxi,” jawabnya singkat.

Can I take public transportation like MRT or Jeepney?” saya masih meminta informasinya.

No,” dia menggeleng.

Why? My friend said that I can take MRT.” Saya nggak membual, ini adalah hari ketiga saya di Filipina. Di hari pertama, saya sempat beberapa jam di Manila sebelum bertolak ke Cebu City, dan sempat ngobrol dengan orang Indonesia juga yang sepenerbangan dengan saya.

Is it your first time here?” Dia balik bertanya, wajahnya tampak meragukan saya.

Yes...” Saya menjawab dengan menggantung, tidak suka sebenarnya diremehkan seperti ini, tetapi kan saya memang memerlukan informasi detail untuk menuju hostel.

You will get lost if you don’t take taxi.”

Saya menunjukkan raut muka kecewa dengan lebih terang-terangan karena perkataannya barusan. Saya mulai menyesal bertanya padanya.

So I have to take taxi? My friend said that I can go there by MRT through Pedro Gil station. Ah, alright...” Saya siap berlalu.

Hei, maam... You can take bus, HM Bus, ask the driver to take you to the MRT station, okay!” 

Mungkin, dia merasa tidak enak juga setelah melihat saya kecewa, tapi ya sudahlah. Saya bergegas menuju bus putih yang akan membawa para penumpang ke pusat kota. Pilihan yang lebih terjangkau daripada taxi. Di hari pertama saya sudah mencoba menggunakan bus ini, yaitu ke Baclaran, dan di sana ada stasiun MRT. Jadi, tidak akan susah seharusnya. Rute yang sama, kan?

Tapi entah kenapa malam itu, bus tidak memenuhi harapan saya. Dia memang lewat di sebuah kawasan ramai dengan tulisan Baclaran di salah satu bangunan ruko. Tetapi, mana terminalnya? Mana kereta kota yang lewat di atas jembatan layang itu? Saya terus berjalan, mungkin, tidak akan jauh dari sini. Mungkin ini adalah sisi Baclaran yang lain dari yang saya singgahi dua hari lalu. Saya bertekad akan menemui stasiun MRT untuk menuju area hostel saya berada. Saya melangkah saja, menutupi hidung karena astaga... bau pesing sekali jalan raya di Manila ini! Mana kotor pula. Duh. Saya mencoba bertanya kepada polisi yang ada di situ, dia hanya menyuruh saya berjalan lurus untuk menemui stasiun MRT. Yang mana lurus itu ternyata jauuuh. Tanya polisi lain lagi, masih diminta berjalan lurus lagi. Saya mulai capek sebenarnya memanggul ransel seberat kira-kira tujuh kiloan ini. Tapi saya belum menemukannya juga. Saya berhenti sebentar, mencoba berpikir daripada hanya berjalan tak tentu arah. Menenangkan diri sebentar, melihat-lihat sekitar.... hei! Ada kereta melintas di atas sana!! Saya langsung semangat, berarti tak jauh lagi stasiun MRT-nya.

Phew! Saya mengembuskan napas lega ketika memasuki salah satu gerbong MRT. Saya menunggu-nunggu untuk dapat turun di stasiun Pedro Gil. Lho... lho... kok, lewat stasiun kereta ini? Saya membuka lagi peta MRT di handphone, mencoba mencocokkan. Astaga, ini line yang berbeda! Bagaimana ini?? Mau turun, tapi saya bingung. Saya memutuskan tetap berada di kereta. Saya memperhatikan ujung line ini menuju: North Ave Station. Nah di North Ave Station seharusnya saya bisa pindah ke line lain yang ke Pedro Gil, karena meski line-nya berbeda, tetapi muaranya toh sama-sama ke North Avenue Station. Saya bergeming saja di dalam kereta. Hingga akhirnya MRT berhenti di stasiun terakhir. Kiri-kanan saya mulai beranjak, keluar dari gerbong. Mau tak mau, saya pun keluar. Melihat ada seorang polisi, saya menghampirinya dan bertanya lagi.

Sir, I’d like to go to the Pedro Gil. How?

Oh, you have to go to the Taft Ave.”

But I just arrive from there!” Saya berseru, mulai hilang sabar. Tampak si polisi menundukkan kepala seperti menyayangkan sesuatu.

“You have to take the different line to go to Pedro Gil.”

“I can’t transfer here?”

No, you can’t,” sesalnya. “You have to go back to Taft Ave and move to line 1, okay?

Gila! Saya lemas dan kembali masuk gerbong kereta. Duduk di sana dengan pasrah. Saya kembali mengikuti kereta yang sama, tapi rute yang berkebalikan. Saat sudah tiba di Taft Ave, saya mencoba mencari line 1. Seseorang menegur saya, lagi-lagi polisi.

Now is too night, the LRT only operate until 9.30 pm.

Bagus! Saya menepuk jidat, lalu bertanya apa yang harus saya lakukan jika ingin menuju Pablo Ocampo Street. Dia menyarankan saya naik Jeepney di bawah. Saya menuruti. Tetapi setelah turun tangga stasiun MRT dan mendapati beberapa Jeepney, saya tidak menemukan nama jalan yang saya cari. Sang sopir pun bingung ketika ditanya.

Bahu mulai turun, saya lelah, saya tersesat, tepat seperti yang diramalkan oleh petugas bandara tadi. Padahal, saya sempat tersinggung dengan ucapannya. Dia tak tahu kalau saya sudah sering bertualang dengan cara ekonomis, masa gini aja nyasar? Itu ucapan saya tadi dalam hati saat dia meremehkan saya. Tapi toh ucapan dia ada benarnya. Dan sekarang sudah mendekati pukul sepuluh malam, nggak lucu kalau saya terus ada di jalan raya tak jelas seperti ini. Akhirnya, saya pun....

“Sir, can you take me to Pablo Ocampo Street, near Century Park Hotel?” Saya membuka pintu salah satu taxi yang terparkir di situ dan berbicara pada sang sopir. 

Ya, saya sudah tak berpikir tentang persediaan uang yang semakin menipis, ini sudah malam, saya naik taxi juga akhirnya ke hostel.

And the best part is, meski saya sempat ketus karena menganggap pak sopir terlalu banyak bertanya dan tampak bingung dengan tujuan saya, tetapi dia tetap meladeni dengan ramah. Dia bahkan mengajak saya ngobrol, saya dari mana, berapa lama di Manila, dan mengajari sedikit bahasa Tagalog.

So this is your hostel.” Kami berhenti di sebuah bangunan di seberang Hotel Century Park. The Buoy Hostel, tepat seperti nama yang tertulis di kertas yang saya pegang.

Ah, thank you, Sir!” Saya berujar lega, terlebih ketika mendapati tarif taxi tidak terlalu mahal, sekitaran 80an peso.

“What’s your name?”

“Dini.”

My name is Peter,” dia mengajak bersalaman, saya menyambut tangannya, “and I am your friend here.” Dia tersenyum, sangat, sangat, menenangkan. 
Oh, leganya....

Welcome to Manila, Dini. :)

(based on my traveling at Oct 5th, 2013)

Saturday, July 13, 2013

Gokil!!!

Gokil! Delapan belas hari?? Maksudnya, hampir tiga minggu!! Gue masih nggak percaya dengan kenyataan yang terhampar di hadapan gue sekarang. Beberapa hari lalu, pihak HRD di kantor baru mengabarkan kalau gue nggak jadi masuk kantor pada tanggal 1 Agustus, melainkan tanggal 16 Agustus. Dan sebelnya, pemberitahuannya hanya sehari selang gue habis beli tiket Jakarta – Surabaya – Jakarta yang cuma empat hari, dari tanggal 28 Juli. Maksud gue, gue emang berencana pulang untuk take a breath sebelum beraktivitas di kantor baru, juga mengganti lebaran yang rencananya gue nggak akan pulang. Tapi, tahu gini kan gue nggak buru-buru balik tanggal 31 Juli ke Jakarta, gue bisa spend time lebih lama di rumah gue di Surabaya. Tapi, kalau toh gue mau lebih lama juga bisa, paling-paling harus rela menghanguskan tiket Surabaya – Jakarta seharga tiga ratus enam puluh ribuan. Well, sayang sih sayang, tapi... dua minggu lebih, man!! Mau ngapain gue? Bengong di rumah? Atau malah bengong di Jakarta?? Pikiran gue tentunya lebih memilih traveling. Ah, tahu gini kan udah gue rencanakan lama mau ke mana aja. Gue yang selama ini untuk traveling aja kudu ngutak atik tanggal merah, weekend, dan jatah cuti tahunan, sekarang dihadapkan pada waktu luang yang lama... masa gue sia-siakan?? Tapi, ke mana?? Otak gue menyebutkan beberapa destinasi. Thailand... Vietnam... man, skip! Setelah gue cek harga tiketnya muahalnyaaa!! Sepertinya gue harus menyempitkan tujuan lagi untuk di negara sendiri saja, lebih sempit lagi di Pulau Jawa atau sekitarnya. Tapi,, ke mana?? Ah, Bali, Ubud!! Gue kan punya utang untuk memberi hening pada diri sendiri di tempat itu. Tapi,, kapan? Naik apa? Terus mau berapa lama di sana? Masa dua minggu lebih cuma di Ubud doang?? Sayang, Noy, sayaaangg!! Hmm... gue pun mengecek jadwal transportasi ke Bali yang dari Surabaya, juga harganya, lalu... ah! Mungkin gue bisa lanjut ke satu kota lain lagi di Pulau Jawa sebelum balik ke Jakarta sekitar tanggal 14 Agustus paling lambat. Nah, enaknya ke....

Wait, wait, stop! I got to stop thinking!! Gue kebanyakan berpikir gimana-gimananya, padahal masih agak lama juga. Gimana dengan perjalanan spontan, yang jelas dimulai dari kota kelahiran gue, Surabaya, dan berujung pada kota ternyaman gue sekarang, Jakarta. Spontan, yess, gue rasa kayak begitu akan lebih asyik. Well, i think i need to get lost... and get lost needs no itinerary. :)

Thursday, April 4, 2013

Berkemas.


 
Berkemas.
Bagi saya adalah pertanda bahwa kita siap untuk bergegas. 
Mencoba meringkas segala perkakas, hingga tak ada sesal yang berbekas.

...

Baju+celana ... [v]
Kamera ... [v]
Buku bacaan ... [v]
Makanan ringan .. [v]
Sendal jepit ... [v]
Sunblock ... [v]
Perlengkapan mandi ... [v]

.......

Oh, ya ampun! Handuk!

Semalam,04 April 2012, saat sedang berkemas untuk perjalanan akhir pekan ke Krakatau ... :)

Friday, March 22, 2013

(do) WE (really) NEED A CAREER BREAK (?) !!



Pic from: annieandre.com
Saya sedang merasa jenuh, saya tidak dapat menikmati pekerjaan rutin saya yang notabene telah memberi nafkah bagi kehidupan saya. Terlebih, ketika saya menyadari bahwa sesungguhnya passion saya ada pada hal yang jauh berbeda dari profesi saya saat ini. Sejak menyadari bahwa traveling dan writing adalah gairah saya, saya mulai semakin tidak fokus pada pekerjaan saya setiap hari. Dan tepat di saat saya sedang berpikiran untuk menggumuli penuh kedua passion tersebut – salah satunya dengan cara menjadi pejalan penuh waktu – saya membaca artikel tentang career break yang ditulis oleh Anida.
Ternyata, career break adalah lumrah terjadi pada pekerja profesional mana saja setelah mengerjakan hal yang sama setelah bertahun-tahun. Adanya kejenuhan-kejenuhan yang telah mencapai kulminasi, juga masalah-masalah pribadi yang mengganggu, membuat kita butuh waktu untuk berhenti. Setiap orang butuh jeda. Tepatnya, setiap orang layak untuk mendapatkan waktu perhentian setelah bekerja sepanjang hidupnya. Career break bisa berlangsung satu bulan, enam bulan, satu tahun, atau bahkan empat tahun. Setiap orang butuh waktu yang berbeda-beda dengan tujuan dan kegiatan pengisi waktu yang berbeda pula, bisa untuk pengembangan pribadi, belajar, menjadi volunteer atau untuk mewujudkan mimpi yang tertunda. (Saya ambil dari http://nonaransel.com/arti-penting-sebuah-career-break/ ada baiknya membaca artikel itu juga sebelum atau setelah membaca keseluruhan artikel ini^^.)
Dan sebelum saya memutuskan apakah yang sedang saya alami ini benar-benar memerlukan career break atau sekadar kebosanan yang membutuhkan istirahat beberapa hari saja, maka saya pun mencoba bertanya beberapa hal kepada Anida, pelaku career break itu sendiri. Mari simak apa yang menjadi pertanyaan-pertanyaan saya dan juga jawaban yang dibagikan oleh Anida. (me in black and Anida in blue).  :)


--------


Jadi sebenarnya, waktu kamu memutuskan untuk memulai career break ini, ada peristiwa apa yang mengilhamimu untuk mengambil keputusan ini? Bisa diceritain detailnya, misalnya pas sedang ada kejadian apa di kerjaan? Atau terinspirasi sama orang lain yang sudah duluan mengambil career break?
Aku mengambil keputusan ini karena merasa stuck. Stuck oleh rutinitas kerja dan stuck oleh beberapa masalah yang bersifat pribadi. When I said I needed a break, I needed a break from everything. Aku berencana menceritakan detail alasannya di buku yang sedang aku tulis :)
Kenapa 14 bulan? Apakah sudah direncanakan dari awal? Atau just go with the flow, kamu merasa cukup untuk saat ini dan pulang dulu sebelum mempersiapkan rencana selanjutnya?
Ya tidak ada alasan kenapa 14 bulan. Aku berjalan kalau ingin berjalan dan berhenti kalau ingin berhenti.
Apa saja yang kamu persiapkan saat hendak memulai perjalanan panjang? Gimana dengan rute, apakah sudah dipersiapkan mau ke mana saja atau kamu hanya menentukan titik awal perjalanan, selanjutnya diputuskan on the spot?
Tidak ada persiapan khusus kecuali menyiapkan barang-barang yang akan dibawa di dalam ransel. Harus yang ringan dan cocok untuk berbagai keadaan. Untuk rute, titik awal memilih Perth hanya karena ada tiket promo ke kota itu. Menurut aku kota mana pun sama aja karena sama-sama belum pernah. Selebihnya ikuti keinginan hati saja.
Rasa khawatir itu datang ketika kita berada di tepi zona nyaman (dari artikel ‘Arti penting sebuah career break’ di nonaransel.com). Ketika kamu melakukan perjalanan panjangmu, pernah enggak suatu hari mengalami rasa khawatir yang cukup besar dan urgensi? Saat kapan dan lagi di mana tuh? Gimana menyiasatinya?
Yang paling bikin cemas ketika diganggu orang di depan kantor kedutaan Finlandia di Rabat, Maroko. Udah gagal ketemu orang kedutaan buat konsultasi visa, yang ada malah diganggu pria-pria hidung belang. Ada masalah tiket dan kartu kredit juga ketika di bandara Casablanca satu jam sebelum boarding. Terpaksa beli tiket baru on the spot kalau mau pulang saat itu juga. Semua masalah mesti dihadapi dengan tenang, karena pasti ada jalan keluarnya.
Bicara tentang perjalanan, pasti bicara juga tentang manusia-manusia yang kita temui selama dalam perjalanan. Siapa orang asing yang pernah kamu temui yang paling menginspirasimu, dan mungkin malah makin memperkuat keputusanmu mengambil career break dan long solo traveling ini?
Susah ya kalau harus ditunjuk siapa yang ‘paling’, menginspirasi karena semua traveler punya alasan dan ceritanya masing-masing. Yang pasti dengan bertemu banyak orang dari berbagai penjuru dunia, aku jadi tahu kalau aku tidak sendirian dan ini adalah keputusan yang benar. Banyak sekali backpacker atau traveler yang mengambil keputusan yang sama dan ternyata mereka bisa menikmati hidup mereka.
Aku baca salah satu ceritamu yang Byron Bay: Kota yang Menyembuhkan Jiwa. Tapi aku masih penasaran, apa sih sebenarnya yang ditawarkan kota ini hingga rasanya meninggalkan kesan nyaman bagi jiwa? Lepas dari hal-hal yang sudah kamu sebutkan, seperti hang-gliding, bersepeda mencari danau, melihat ikan paus, atau ngobrol sama Romain. Apa ada atmosfer dari tempat ini yang membedakan dengan tempat lainnya? Bagaimana dengan penduduk lokalnya? Tolong ceritakan, ya. :)
Anida berada di Byron Bay - Australia
Kamu harus kesana sendiri untuk merasakannya, hehe. Bukan aktivitas seperti bersepeda atau hang-gliding yang menenangkan jiwa, tapi memang suasana Byron Bay-nya. Semua penduduk lokal maupun backpacker yang tinggal di sana sangat rileks, setiap orang menawarkan kreativitas yang unik dan berbeda di sudut jalan. Banyak toko yang menyediakan bahan-bahan organik atau alat meditasi. Semua orang bersikap apa adanya dan menikmati keberadaannya di dunia.
Oh ya jadi menurutmu, apa sih ciri-ciri orang yang perlu career break, apa menurutmu setidaknya dia sudah kerja berapa tahun dulu gitu? Apa yang jadi pembeda dengan kebosanan sesaat aja yang bisa diatasi beberapa hari?
Aku sih enggak percaya ada ciri-cirinya ya. When you need a break then you should take a break. It’s that simple. Perbedaan dengan kebosanan sesaat? Beda banget. Aku melakukan ini karena aku sangat butuh perubahan. Buat aku ini adalah bagian dari perjalanan hidupku, bukan sekadar jalan-jalan untuk dipamerkan ke orang-orang. Di perjalanan ini aku berserah sepenuhnya kemana takdir akan membawaku.
Ada tips enggak untuk membangun komunikasi dengan traveler-traveler asing yang kamu temui? Atau memang dasarnya karaktermu juga terbuka jadi juga gampang ngobrol?
Anida bersama para backpacker lain dalam perayaan Australia Day di Perth - Australia
Kamu harus tahu dulu untuk apa kamu traveling. Untuk melihat-lihat tempat indah kah? Sebagai checklist been there done that kah? Atau memang mau membuka pikiran dan memperkaya pengalaman? Aku traveling untuk mencari pengalaman dan siap untuk petualangan apapun. Solo traveler lain pada umumnya juga memiliki alasan yang sama. Sama seperti aku, setiap traveler pasti senang ngobrol dan bertukar cerita seru dari belahan dunia lain. Kalau kamu sudah tahu prinsip itu, semua mudah saja.
Bagi seseorang yang sudah bepergian jauh selama 14 bulan, menurutmu apa itu definisi ‘rumah’ dan ‘pulang’ ? Ada enggak satu tempat dari sekian banyak yang sudah kamu kunjungi yang membuatmu merasa, this is my home, I feel really comfort here. :)
Yang pasti definisi ‘rumah’ sudah bukan lagi berupa wujud fisik bangunan beratap atau berdinding. Rumah adalah tempat di mana hati kamu merasa nyaman, dan itu ada di mana saja tidak harus di kota tertentu. Selalu ada hal yang membuatku nyaman di setiap tempat yang aku kunjungi. That’s the spirit of nomad.  Sebagai anak bungsu yang masih single dan berbakti kepada Ayah tercinta, untuk saat ini istilah ‘pulang’ masih kepada keluarga. Untuk kedepannya, siapa yang tahu?


--------
Jawaban-jawaban yang terkesan sederhana, tidak menggurui, namun bagi saya penuh dengan arti. Saya semakin menyadari bahwa ketika seseorang semakin banyak pergi dan mengenal belahan dunia lain, semakin tertunduklah hatinya terhadap semesta. Perjalanan 14 bulan yang dilakukan oleh Anida membuatnya melihat banyak hal baru, menemui banyak pejalan asing lainnya, dan tentunya merasakan banyak pengalaman baru. Masalah-masalah yang mampir pun membuatnya menjadi lebih tenang dalam menyikapi dan mencari solusi.
Doing solo trekking in Waitomo - New Zealand
Anida telah bekerja selama empat tahun di sebuah perusahaan desain, ketika memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya di tahun 2011. Setelah berhenti, Anida mulai melakukan perjalanannya untuk melihat belahan dunia lain. Perjalanannya dimulai dengan 30 hari menyusuri Australia, berlanjut ke New Zealand, lalu belahan dunia lain seperti Maroko, Belgia, dan Prancis.  
Kini ia sedang berada bersama keluarganya di Yogyakarta, dan sedang mencoba untuk menuangkan kisah-kisahnya dalam sebuah buku. Jika kamu memiliki pertanyaan lebih tentang hidup Anida dan pengalaman-pengalamannya, dia terbuka untuk dihubungi melalui akun twitter @nidnod, dan silakan membaca pula catatan-catatan perjalanannya di web nonaransel.com. :)


[Questions and answers by email, pictures in Byron Bay, Perth, and Waitomo are belong to Anida. ^^]


Monday, March 18, 2013

Travel Around the Words



Disarikan dari materi Kelas Jelajah 'Travel Writing for Dummies' yang diselenggarakan oleh Valadoo Indonesia, 16 Maret 2013
TRAVEL AROUND THE WORDS (By: Windy Ariestanty)
Tujuan kita menulis tentang traveling akan menentukan jenis tulisan yang akan kita buat. 

Ada beberapa tipe dari travel writing, yaitu:
  1. Article (destination, festival, personal essay, travel advice)
  2. Travel guide book
  3. Narrative travel writing (fiction & non fiction). Contoh: The Traveler’s Tale (Fiction); Life Traveler (non fiction), Buku-bukunya Agustinus Wibowo, sifatnya memoar atau non-fiksi.
  4. Comic/graphic travel writing
  5. Comedy travel writing.
Pembahasan-pembahasan selanjutnya akan ditekankan pada narrative travel writing.


Tips dalam menulis tentang traveling:
  1. Lakukan riset, pembaca mana yang akan kamu tuju? Hal ini akan menentukan jenis tulisan kamu dan cara penulisanmu.
  2. Be succint (effective), perhatikan keefektifan dalam kalimat, jangan mengulang-ulang kalimat atau penjelasan yang sudah ada.
  3. Pengalaman lewat panca indra. Maksimalkan seluruh panca indramu untuk menggambarkan apa yang ada di sekitarmu, bukan hanya lewat mata, tapi juga hidung, telinga, lidah, kulit, agar pengalaman tersebut dapat dirasakan juga oleh orang lain.
  4. Personal voice. Kenali caramu menyampaikan ceritamu, berkaitan dengan kekhasan penulisan.
  5. Keep it light. Tulisanmu harus mudah dipahami oleh pembaca yang kamu tuju, jangan terlalu banyak menggunakan kata yang susah dimengerti maknanya (sedikit-sedikit harus lihat kamus).
  6. Keep the facts to a minimum. Jangan terlalu banyak memberi info, toh sekarang info banyak dicari di internet.
  7. Include dialogue. Sertakan percakapan agar meninggalkan kesan yang mendalam, contoh: dialog dengan warga lokal.
  8. Include scene. Masukkan adegan-adegan agar tulisan tidak membosankan.
  9. Make a travel journal. Selalu buat catatan-catatan kecil untuk hal krusial. Perhatikan ejaan nama tempat, jangan sampai salah. Bila perlu, foto!
  10. Identify your readers.
  11. Use correct grammars. Ketepatan penggunaan grammar adalah hal yang tegas dalam sebuah tulisan.
  12. Read other travel writers. Perbanyak baca untuk memperkaya referensi.
  13. Travel beyond destinations. Jangan hanya bicara tempat, tapi juga manusia-manusianya.
  14. Enjoy! Tetap nikmati perjalananmu, jangan terbebani dengan tuntutan kamu harus dapat cerita. Makin kita enjoy, makin banyak kans kita untuk memperoleh cerita menarik.
Forget these not!
  • Showing not telling. Usahakan dalam bercerita, kamu lebih banyak ‘menunjukkan’ daripada sekadar mengatakan apa saja yang sedang terjadi.
  • Nothing is new but be unique and fresh! Tidak ada ide yang benar-benar baru, tempat-tempat yang sama pun sudah banyak yang bahas. Tidak masalah, yang penting ada hal unik dan segar yang menjadi pembeda untuk diceritakan.
  • Small things make a difference. Perhatikan hal-hal kecil di sekitarmu, justru siapa tahu hal tersebut yang akan membuat perbedaan dalam tulisanmu.
  • Respect the culture. Jangan sampai menyinggung budaya suatu tempat saat kita menuliskannya, atau menilai jelek budaya tersebut.
  • Not a mere destination. Bukan lagi tempat tujuan yang menjadi fokus tulisan kita, namun hal-hal menarik yang terjadi di sekitar kita, terlebih manusianya. Karena tanpa manusia, tidak akan ada kejadian-kejadian di sekitar kita.


Top 4 things:
  1. Travel a lot
  2. Write a lot
  3. Snap a lot. (ambil gambar sebanyak-banyaknya)
  4. Read a lot.
Lain-lain:
  • Nurture your passion: traveling ! Tetap pelihara gairahmu untuk melakukan perjalanan.
  • Rejection is your bestfriend. Penolakan tidak hanya berkaitan dengan tulisan kita diterima atau tidak oleh media, tapi juga saat traveling kita mungkin mengalami penolakan oleh orang-orang sekitar kita (nggak mau ngobrol, foto), terimalah penolakan itu, jangan dipaksakan. :)
  • Feedback is your need. Selalu cari masukan dari orang lain akan tulisan kita. Caranya? Ya terus bangun dan ciptakan komunikasi. Contoh: kalau mau blognya dikomenin, ya rajin-rajin blogwalking dan komen di blog orang juga, tinggalkan jejak jadi mereka bisa gantian berkunjung. :)
  • Traveling bring us to a journey we never thought before. 
  • Travel a lot, so you can write a lot! ^^

 

Thank you Valadoo Indonesia and Wego for having us in this class, so inspiring! ^^

pics by Valadoo





Sunday, March 17, 2013

Kata Mama ..



Kata mama, ada dua cara untuk orang tua memperlakukan ari-ari dari bayi yang baru lahir. Pertama, dipendam di dalam tanah dan yang kedua, dilarungkan ke laut lepas. Dan ari-ariku diperlakukan yang kedua. Aku nggak tahu apa artinya ari-ari yang dipendam di dalam tanah tapi kata mama, ari-ari yang dibuang ke laut berarti harapan agar sang bayi tumbuh besar menjadi orang yang berani pergi kemana-mana. Nggak hanya terkungkung di satu tempat saja. Dan aku percaya padanya. Enggak perlu googling untuk membuktikan keabsahan ucapan beliau. Aku percaya. Karena itu juga lah yang aku rasakan. 

Aku ingin ke mana-mana, aku nggak mau hanya berada di beberapa tempat tertentu saja sepanjang masa hidupku. Aku ingin seperti lautan lepas yang tahu-tahu menggulungkan ombaknya sampai ke negeri seberang, bahkan benua yang berbeda. Dulu semasa hidupnya, mama adalah tipe orang yang ‘nggak bisa diam’. Beliau bukan tipe orang rumahan yang merasa nyaman hanya dengan berdiam diri menunggu kedatangan suami dan anak-anaknya dari luar. Mama aktif. Berorganisasi, mengenal banyak orang, juga pergi kemana-mana. Saat kanak-kanak, sering aku dibawanya pergi menemui beberapa kerabat dan kawan. Dan salah satu yang aku kagumi dari mama adalah sifat beliau yang terbuka. Beliau bisa ngobrol berjam-jam dengan orang yang baru dikenalnya, dan menemukan korelasi di antara keduanya. Oh, ternyata bapak itu rumahnya di sini, dulu kerja di sini, kenal dengan si anu .. dan aku yang masih kecil cukup tercengang akan hal itu. 

Bicara bepergian, mungkin mama nggak kenal konsep traveling. Tapi sekali lagi yang aku ingat, mama sudah pernah menginjak tanah Lombok, Flores, sampai ke negeri tetangga: Malaysia. Mama tidak bepergian dengan meributkan apakah gaya yang dipakainya adalah gaya koper atau ransel. Tapi mama selalu memberiku oleh-oleh kisah yang menarik dari tempat-tempat yang beliau singgahi, melalui berlembar-lembar surat yang kulahap habis sambil menangis. Perjalanan mama, adalah perjalanan yang dipenuhi cerita-cerita tentang hidup. Yang aku tahu tak akan pernah aku mengerti sampai utuh. Pengertianku belum cukup luas sampai ke sana. 

Jika sekarang aku selalu memiliki hasrat untuk bepergian, aku berterima kasih untuk mama dan papa yang sudah berinsiatif melarungkan ari-ariku ke laut. Bersyukur untuk mama yang telah membagikan pengertian itu padaku. :)

Saturday, March 2, 2013

Karyawan Tapi (sering-sering) Traveling. Bisa Gitu?

Tema perbincangan kita kali ini tentang ‘karyawan yang hobi traveling’. Oke nggak tuh? Haha! Jadi gini, seringkali kalau karyawan kantoran tuh agak-agak ribet kalau mau traveling. Dengan kesibukan minimal delapan jam berkutat dengan pekerjaan setiap harinya, belum lagi kalau ada lembur, pastinya penat dong? Dan bepergian ke tempat-tempat yang sama sekali tidak menyentuh pekerjaan rutinitas, pastilah jadi salah satu pelipur lelahnya. Tapi seringnya, nggak semudah itu buat karyawan menyisihkan hari kerjanya untuk traveling. Dengan jatah cuti yang rata-rata cuma 12 hari dalam setahun (belum kalau dipotong cuti bersama), pekerjaan menumpuk, atau atasan yang agak-agak susah saat dimintai ijin cuti. Nah terus kapan dong bisa liburannya?

Cerita Sahabat saya kali ini menampilkan Harry Mudjiarto, seorang karyawan kantoran penuh waktu yang doyan juga jalan-jalan a.k.a traveling. Kesukaannya ini tergambar lewat blognya yang banyak menuangkan pengalaman-pengalamannya waktu traveling ke banyak tempat, baik di dalam maupun luar negeri. Yuk kita tanya-tanya ke cowok *uhuk* single  satu ini… (note: black for my question and respond, orange for Harry’s answer. :D )

Hola, Harry! Jadi sekarang coba kenalan dulu.. siapa sih kamu ini? Kasi deskripsi diri kamu sendiri, yaa…


 Enjoying Hoan Kiem Lake, Hanoi

Hi, gue …Emm..yah Harry lha, pekerja kantoran as mas-mas admin yang saat ini bekerja di salah satu perusahaan properti di Serpong. Hm deskripsi diri yah? Gue tuh amateur blogger who loves traveling, music, book and a little bit of photography. Gue juga loveeee banget sama culinary dari yang tradisional sampai fusion *lihat perut unyu*. Lainnya adalah gue LOTR’s geek and cappuccino lover
 
Rutinitas kamu sehari-hari ngapain aja, sih? 

Bangun … snooze alarm, bangun … snooze alarm, bangun … snooze alarm (sampai biasanya minimal 6 kali), mandi, sarapan, ke kantor ngerjain tetek bengek masalah budget and cost control dari perusahaan properti yang bikin stress (point A). Makan siang, balik ruwet – balik stress lagi pada point A, pulang, makan, mandi, on line, tidur.

Sebagai karyawan, aku juga ngerasain sendiri nih, penat dengan pekerjaan sehari-hari. Akhirnya jadi cari-cari celah buat ngelakuin hobi lain, salah satunya traveling. Kalau kamu sendiri sejak kapan mulai suka traveling?

Sebenarnya sejak kecil sudah suka banget kalo diajak traveling sama ortu, yang paling inget jaman tahun 80an sama keluarga keliling Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan Bali. Tapi baru bisa traveling mandiri sejak kerja di tahun 2000 (kampret nih, pertanyaan jebakan!) dan berlanjut terus sampe sekarang.

*Engg…. Tahun 2000 aku baru unyu masuk SMU, nih! Itung selisih umur, banyak juga! :)))*

Nah kalau di kantor kamu, kebijakan cutinya gimana? Kalau aku lihat di blogmu, kayaknya kamu lumayan sering tuh traveling, baik di dalam dan luar negeri. Emang segitu ‘gampang’ nya ya buat ngajuin cuti di kantor? Ceritain, dong!

Dulu sih yah di kantor yang lama, sebut saja mawar..eh ABI! Karyawan yang begitu lulus probation (masa percobaan, antara 3-6 bulan dari mulai masuk kerja) langsung dapet hak cuti dan setiap tahunnya akan bertambah 1 hari sampai maksimal 22 hari setahunnya. Dan saat sudah kerja 5 tahun berturut-turut as permanent employee, kami juga dapet cuti besar selama 22 hari setahun. WOW nya lagi, ABI ini tidak menganut cuti bersama, jadi kami bebas mau ambil cuti kapan dan jelasnya ngajuin cuti (dalam kasus gue) gampang banget, asal ada back up-nya. Tapi…tapi… karena sesuatu hal gue mutusin pindah kerja di awal Desember tahun 2012 yang lalu. Dan di tempat yang baru sebut saja bunga … em ASR, cutinya cuma 12 hari setahun dan masih dipotong cuti bersama MASA! *sesunggukan di bahu Direktur*

*pukpuk karyawan baru tapi tuwir.. EH! Lanjut…

Pernah diprotes atasan nggak karena keseringan ngajuin cuti? Atau pekerjaan yang kurang terurus gara-gara cuti buat traveling?

Nggak pernah! Karena boss gue sadar itu hak gue dan kerjaan gue selalu beres *benerin kerah* *sombong elegan* Tapi entah nih di tempat baru gimana, tapi kayaknya gampang sik.. Kemarin aja meski belum dapet jatah cuti, pas tau gue bakalan buang tiket akhir tahun, malah dipaksa cuti gue, haha! Meski akhirnya gue tetep ngutamain kerjaan baru *uhuk*.

Nah sekarang tentang cerita-ceritamu pas lagi traveling, ya. Biasanya kalau traveling, sukanya pergi sendirian, bareng teman, atau ikutan paket tur? Kenapa tuh?

Paling suka pergi ama teman tapi nggak terlalu banyak orangnya (idealnya berempat doang). Solo traveling, belum pernah sih, tapi kepengin nyoba meski masih ragu. Ikut tur, asyik juga kok! (Heran lihat traveler yang nyinyir ama orang yang ikut tur, toh duit and kesenengan kami sendiri toh!) Biasa kalau ikut tur ada beberapa alasan so far:
  1. Dapet reward dari kantor hahaha asli gratis-tis!! *aku mupeng!*
  2. Di tempat tujuan wisata tidak ada angkutan umum, kudu sewa motor/mobil. Gue nggak bisa setir motor bisanya mobil, kalau sendirian or group kecil bakalan mahal urunannya (patungan) dan gue capek jadi sopir terus. *curhat, euy!*
  3. Emang lagi pengin santai, nggak ribet nyetir, nggak ribet cari parkir, hotel, dsb.. dsb..
  4. Gue kurang sreg jalan independent di tempat tujuan tersebut.
  5. Lagi banyak duit. *sombong elegan*

Persiapan-persiapan kamu menjelang traveling. Biasanya barang-barang ‘unik’ apa yang suka kamu bawa pas traveling (selain yang standar kayak baju, uang dan peralatan mandi)? Biasanya persiapannya berapa lama menjelang traveling, mengingat kesibukan kerja kamu sehari-hari?

Kalau perginya lama, yah seminggu sebelumnya sudah bikin list barang apa aja yg akan dibawa. Tapi kalo short trip biasa 2 atau 3 hari sebelumnya, tapi pernah juga saking sibuknya baru bisa packing malam sebelum berangkat. (Lengkapnya soal persiapan traveling ala Harry, klik http://harrymudjiarto.blogspot.com/2012/02/preparing-trip-ala-me-d.html)

Kalau barang yang kata Dina DuaRansel unik yang selalu gue bawa adalah toilet seat cover, hahaha! Dan dodolnya nggak pernah gue pakai sampai saat ini (udah tahunan bawanya). *lah??* Kalau barang lainnya sih lumayan standar lah, selain baju, uang dan peralatan mandi. Yah kayak sarung pantai (bisa buat sarung, kalau celana basah sampai ke underware, yang ini true story lho, and dibilang sexy ama cewek Taiwan! Alas bantal atau kasur, selimut, dipakai buat nutupin dengkul kalo pas ke tempat yang nggak boleh pakai celana pendek, sampai bisa juga buat gaya-gayaan. Oh sejak tahun lalu selalu bawa roll cable hahaha, biar nggak rebutan ngecharge BB, camera, iPod, dsb.

*Ketahuan ya, makin umur makin ribet bawaannya^^ *lanjut sebelum si narasumber ngambek…

Paling suka traveling ke tempat seperti apa? Wisata kota, pantai, gunung, atau tempat lainnya? Kenapa tuh?

Kota dan gunung.

Kota di pasarnya (kayak Ngasem di Yogyakarta, Chinatown di Singapore, Ben Tanh di Saigon), mencoba kuliner mereka, snack, dsb… dsb... Gue juga suka beli suvenir buat koleksi pribadi (patung). Trus suka juga lihat bangunan-bangunan unik mereka dan tentu semua biasanya ada di kota.

Gunung karena gue suka tracking asal jangan yang kelas berat (umur cuy ama perut nih!), gue suka udara sejuk-dingin, gue suka suasananya yang tenang dan nggak mbosenin karena masing-masing punya tekstur tersendiri, nggak kayak pantai yang tekstur dan modelnya hampir sama semua (kyaaaa *dirajam lauters*). =__="

Aku ambil salah satu cerita di blog ya, yang Belitung. Bisa diceritain kenapa kamu milih traveling ke sana waktu itu? Terus ada cerita-cerita seru apa aja nih selama di sana?


Harry in Belitung
 
Nah kalo Belitung gue suka karena pantainya berbatu-batu granit dari yang kecil sampai yang seukuran rumah (jujur belum nonton or baca buku laskar pelangi :( ), jadi pas lihat gambarnya sudah tertarik dan pas sampe sana, wihhh cakep bener dah kayak yg dipoto-poto! Di sana juga kami dibawa ke coffee shop jadul namanya kedai kopi A-Ke, dahsyat bener dah es kopi susu ama es teh susunya, TOP! Tiga hari di Tanjung Padan dan tiga kali (setiap hari) disempetin buat ke A-Ke. 

Oh pengalaman seru (buat gue pribadi) adalah akhirnya memberanikan diri nyoba snorkeling hihihi, dan pas nyemplung pertama sudah panik karena lifevest-nya jadi nyekek di kepala, trus pas udah bener lifevest-nya yah gue kebawa arus hampir masuk ke kolong perahu (asli panik banget even wajah jaim tetep)! Akhirnya gue snorkeling cuma di seputaran tangga kayu kapal hiks, tapi udah seneng banget kok J. Mau lagi? KAGAK! *lah?? ^_^7

Masih tentang blog, aku termasuk pemerhati blogmu, nih.. ^^ Kalau diperhatikan, kamu tuh termasuk rajin update blog. Sekarang baru pulang traveling, mungkin paling lama minggu depan udah ada ceritanya di blog. Sejak kapan kamu mulai nge-blog? Dan kok bisa sih serajin itu updatenya? Biasanya kan kalau udah capek kerja ya maunya istirahat aja, ogah ngurusi hal-hal yang lumayan butuh kejelian kayak gitu (ps: blognya Harry ini banyak ditulis dalam bahasa Inggris dan pengaturan fotonya niat banget! ^^)

Ah kakak *blushing* biasa aja... Gue nge-blog sejak tahun 2008 akibat diracun sama temen gue yang suka banget nge-blog (his daily life story) tapi trus on and off gitu moodnya, dan baru aktif rutin sejak tahun 2011. Kalau bikin artikel mah jarang hari kerja kok (hari kerja sih kadang tapi pas jam break atau deket-deket pulang). Tapi lebih seringnya begadang pas jumat atau sabtu bisa sampe subuh, karena begitu nulis and feel-nya dapet langsung deh nggak pingin berhenti. *thumbs up* Jadi bukannya diniatin tapi memang sekali nulis nggak bisa berhenti. Tapi memang harus diakui paling males ngedit fotonya. :(

Eh ngemeng-ngemeng soal tulisan Inggris, gue sih mikirnya banyak juga orang asing yang ngunjungin blog gue *uhuk* (lihat di live traffic feet) *manteb, gan!* Jadi akhirnya gue tulis juga artikel pakai bahasa Inggris dan hanya untuk yang lokasi wisata di Indonesia, karena gue ingin tuh orang asing bisa baca sharing-an gue soal indahnya Indonesia. Loe ngga bakalan nemuin tulisan gue dalam bahasa Inggris soal perjalanan gue ke luar negeri, itu sudah jadi komitmen gue, cuman mau promoin Indonesia. *makin salut sama misinya! ^^9 Oh yah Inggris gue mepet kok, untuk tenses dan grammar gue masih dibantu sama temen gue. Thanks ya Resviana!


Relax at Toraja!

Balik ke masalah pekerjaan lagi … :))) Jadi apa kamu udah merasa pas dengan profesimu saat ini sebagai mas-mas admin di bidang budget and cost control? Atau… ada niatan untuk suatu hari beralih profesi? Traveling thingy maybe?

Belum pas kayaknya! Gimana yah… Sejujurnya, passion gue adalah traveling… jadi tentunya pengin jadi kayak Dina and Ryan DuaRansel, tapi tetap ingin punya tempat yang bisa gue sebut ‘rumah’ juga. Entahlah, kalau bisa jadi penulis atau reporter tentang traveling dengan gaji gede deh, muahahaha itu yang gue mau! *disepak* Mungkin gue jadi Harry Brown yah (Samantha Brown versi cowok). *yuk mari didoakan!

Pertanyaan terakhir tapi penting! Jadi sebenarnya… Apa sih arti traveling buat kamu? Is it passion, hobby, or elses?

Passion! Karena pada saat gue traveling gue merasa hidup dan menjadi diri gue sendiri. *uh yeah!

It’s a wrapped! Makasih banyak ya (om) Harry, buat jawaban-jawabannya… Hm, terbukti kan, kalau jadi karyawan nggak menghalangi kita buat pergi ke tempat-tempat menarik di luar sana. Asalkan kita bisa mengimbangi kewajiban dan hak kita selama di kantor, bisa banget kok memanfaatkan cuti untuk traveling.

Semoga sharing dari Harry bisa menginspirasi para pekerja untuk traveling, biar otak nggak melulu penat sama pekerjaan, atau badan capek karena rutinitas sehari-hari. Keep traveling, Harry, and keep sharing through your awesome story!

Cerita-cerita seru Harry mengenai perjalanannya bisa disimak di www.harrymudjiarto.blogspot.com dan cuap-cuap sehari-seharinya boleh banget diikuti di akun twitter: @harry_mdj.

[All pics are belong to Harry Mudjiarto.]

dinoy