Sunday, October 30, 2011

Solo Traveling?? Males banget...


Hmm.. berapa banyak diantara kita yang kalau mau jalan-jalan harus ribet dulu menentukan teman jalan, kalau nggak ada ya nggak bakal pergi? Emang kenapa sih kalau jalan-jalan sendiri? Kayaknya kalau jalan-jalan (baca:traveling) itu identik dengan rame-rame ya, well at least ada satu partner yang menemani ?? Di postingan saya yang lalu, tentang tips menentukan teman jalan, saya sempat menyinggung tentang tips menjadi seorang Solo Traveler. Tapi kali ini saya mau membahas lebih banyak tentang traveling yang dilakukan sendirian dan yah, masih berkaitan dengan traveling saya ke Bangkok yang lalu, yang merupakan perjalanan pertama saya ke Luar Negeri sebagai Solo Traveler.

Pertama, saya akan bahas dulu beberapa ketakutan ada hal-hal yang membuat sebagian orang enggan melakukan traveling sendirian. Takut nyasar, gak ada teman ngobrol jadi bosen, nggak ada temen diskusi kalau harus menentukan sesuatu, takut diganggu atau dijahatin warga lokal, dan ehm, nggak ada yang bisa ambil foto kita saat di spot-spot yang menarik, haha..

Tapi sebenarnya, buat saya traveling sendirian itu juga punya sisi plus kok, kita jadi belajar mandiri, bisa menentukan tujuan jalan-jalan sesuka hati tanpa harus berkompromi dengan orang lain, dan untuk yang cenderung pemalu dan nggak percaya diri seperti saya, bisa banget jadi ajang latihan buat nambah temen dari negara atau daerah lain. Yap, contohnya saya, saat saya ber traveling dengan teman, saya akan cenderung menghabiskan waktu untuk ngobrol ya dengan teman saya itu pastinya, dan cenderung cuek dengan orang sekitar. Tapi ketika saya sendiri, mau nggak mau saya didorong untuk membuka percakapan dengan orang lain. Misalnya saat di Chatuchak, Bangkok, ada pria Tibet yang ngajak saya ngobrol karena saat itu kami sama-sama sendiri, atau saat dalam perjalanan kembali ke Khaosan Road dari National Stadium, saya iseng nyapa cowok Jerman yang ternyata adalah temen dorm hostel sendiri.

Menurut saya, ada dua hal yang berpengaruh penting biar bisa nyaman ber solo traveling: Itinerary dan mental. Untuk hal yang pertama, Itinerary, sebenernya ini hal yang pokok banget harus dipunyai sebelum kita melakukan traveling sekalipun rame-rame. Namun menurut saya menjadi lebih penting lagi kalau kita traveling sendirian, karena saat kita sudah memiliki rincian yang jelas akan apa aja yang bakal kita lakukan saat di suatu tempat beserta biayanya, kita akan merasa lebih siap dan tentunya menjadi percaya diri (berkaitan dengan hal mental). Saya merasakan sendiri ketika hendak ber traveling ke Bangkok, kenikmatan nya sudah mulai saya rasakan saat dalam proses mempersiapkan segala sesuatunya untuk perjalanan yang singkat ini. Berbeda dengan saat saya hendak ke Singapura dan Kuala Lumpur, kesadaran bahwa saya akan melakukan solo traveling membuat saya menjadi lebih teliti dan repot menyusun itinerary. Segala kemungkinan-kemungkinan terburuk saya siapkan dan juga dicari solusinya. Saya nggak cuma melakukan riset lewat artikel-artikel di internet dan buku tentang Bangkok, tapi juga tanya-tanya ke beberapa temen yang sudah pernah melakukan traveling ke Bangkok. Saya nggak mau saya jadi bingung atau bego di tempat yang asing bagi saya, dimana bahasa lokal nya pun saya nggak paham. Oh by the way saya memutuskan untuk nggak mempelajari bahasa Thailand kecuali kata terima kasih, karena saya nggak punya cukup banyak waktu, dan menurut saya kalau saya belajar cuma sebagian saja, bisa-bisa saya malah bengong saat melontarkan pertanyaan dalam bahasa lokal dan malah dijawab panjang lebar dalam bahasa lokal juga. Haha! Jadi lah saya benar-benar menyusun itinerary ke Bangkok saya benar-benar secara detil kegiatan apa aja yang saya lakukan tiap hari, tiap jam, lengkap dengan moda transportasi yang perlu saya naiki dan juga biayanya. Itinerary Bangkok saya dapat dilihat disini. Ada juga yang merasa cukup menyusun itinerary secara general, misalnya hari ini mau ngapain aja dan kemana aja tapi tidak perlu ditulis per jam, tidak apa, itu semua tergantung gaya masing-masing traveler. Bahkan ada teman yang bilang sama saya dia nggak butuh itinerary tertulis macam itu saat ber solo traveling, semua sudah tertanam di otak dan tergantung kemana kaki ingin melangkah, itu juga nggak ada salahnya. Yang jelas, jangan sampai kita benar-benar buta akan tempat yang bakal kita kunjungi. Kenyataannya saat di lapangan, saya merasa terbantu dengan itinerary yang saya buat. Saya memang tidak melakukan kegiatan saya persis menurut jam-jam yang tertulis di itinerary, pun biaya juga nggak persis sama, ada yang lebih mahal tapi kebanyakan sih lebih murah. Lagi-lagi nggak masalah, karena pada dasarnya itinerary adalah sebuah panduan untuk kegiatan mandiri kita.

Sudah siap dengan itinerary, hal berikutnya adalah mental. Seperti yang saya bilang tadi, itinerary yang cukup akan membantu kita menjadi lebih percaya diri. Kenapa begitu ? Karena saat kita udah merasa nyaman dengan diri kita sendiri, maka kita akan lebih nyaman berinteraksi dengan sekitar. Mental yang lain yang perlu disiapkan adalah berkaitan dengan ketakukan menjalani solo traveling, yaitu misalnya takut diganggu atau dijahatin orang. Hal yang kayak gini perlu dilatih di kehidupan kita sehari-hari. Misalnya saya sekarang tinggal di kota Jakarta, maka saya melatih diri saya untuk sering-sering pergi sendiri dan menggunakan moda transportasi umum. Sering saat saya melakukan hal ini saya bertemu dengan beberapa orang yang iseng ngajak ngobrol, atau orang-orang yang tingkahnya mencurigakan yang membuat saya bersikap lebih waspada. Saya juga pernah mengalami kejadian kecopetan yang nggak ngenakin banget tapi akhirnya jadi pembelajaran yang berarti. Jika di kota tempat kita tinggal kita sudah terbiasa jalan-jalan sendiri dan menggunakan transportasi umum (yang memungkinkan kita untuk berbaur dengan orang-orang dengan berbagai karakter), maka sebenernya mental itu sudah terbentuk dengan sendirinya. Di Bangkok saya nggak merasa aneh jalan-jalan sendirian, biasa saja, saya nggak menunjukkan tampang bingung sehingga orang sekitar juga nggak aneh dengan keberadaan saya. Memang ada kalanya saya loosing clue dengan hal yang saya cari, dan itulah saatnya bertanya dengan orang sekitar. Ada juga kejadian saya diikuti dengan warga lokal yang merepet dalam bahasa lokal. Tingkahnya mencurigakan, sempat sedikit takut tapi saya berusaha tenang. Saya membiarkan orang itu jalan duluan melewati saya sambil terus ngomel dan melihat saya. Saat itu di tempat umum jadi saya nggak terlalu merasa takut. Ketika menemui hal-hal yang mencurigakan kuncinya adalah tenang, jangan tunjukkan muka panik, malah kalau bisa tunjukkan muka kalau kita bisa lebih galak dari dia, hehe..

Untuk 'ketakutan-ketakutan' lainnya saat hendak ber solo traveling, misalnya takut bosen, nggak ada teman yang motoin kita, well.. banyak cara untuk mengatasinya,haha.. Misalnya untuk mengatasi rasa bosan, kita bisa bawa buku-buku favorite kita atau mendengarkan musik lewat Ipod atau MP3 Player. Atau kalau kita emang doyan ngobrol, ya ajak ngobrol orang disekitar kita dengan sopan dan jangan sampai mengganggu, maksudnya ajak ngobrol orang-orang yang menunjukkan gelagat mau diajak ngobrol. Kalau dia hanya menjawab sepotong-sepotong dan tampak gak mau diganggu, ya ajak yang lain. Saya sih percaya bahwa kalau kita mau terbuka, sebenernya kita nggak bener-bener sendirian kok saat ber traveling, karena kita bisa ketemu temen baru yang bukan nggak mungkin bisa kita ajak jadi temen jalan kita kalau emang tujuannya sama.. :)

Terus masalah dokumentasi, terutama buat yang narsis, hehe.. sekarang kan ada kamera tripod, atau kamera yang bisa disetting timer nya.. Atau kalau kita mau, kita kan bisa minta tolong orang untuk ngambil gambar kita. Satu spot satu foto dengan kita didalamnya sih, saya rasa cukup ya..
Jadi sebenernya, nggak ada alasan untuk nggak ber solo traveling. Kalau saya pribadi, mau solo traveling atau bareng-bareng temen nggak jadi soal. Ada kalanya saya ingin menyendiri, disitu lah saya memutuskan bertraveling sendiri, ada kalanya juga saya pengen traveling dengan teman jadi lebih rame, ya tinggal ngajak temen atau ikut rencana traveling mereka yang menarik hati saya. That is just simple, if you are really desire to traveling, you will do many thing to get that! *winks*




6 comments:

  1. aku udah beberapa kali solo traveling. mungkin di awal2 melakukannya ada perasaan takut ini dan itu. makin sering melakukannya, solo traveling ga semenakutkan itu, malah menurut pendapat pribadiku jauh lebih asik daripada group traveling krn waktu traveling rame2 kita kudu kompromi ama semua keluh kesah orang lain. solo traveling asal kita tau bagaimana menikmatinya kita ga bakal merasa sendiri, yg penting open minded, open jg ke org2 lain, dan cobalah berkomunikasi ama mereka.

    but any way, nice article dini. klo aku nulis pengalaman solo traveling pertama kali dulu mgkn ga bakal jauh beda ama tulisan kamu.

    ReplyDelete
  2. hai menjadi solo traveling emang wajib dan harus buat semua umat. secara susah banget buat nemuin orang yang passionnya sama dengan diri sendiri. cayooo solo traveling :D

    ReplyDelete
  3. setuju, saya juga solo traveling tapi masih wilayah indonesia, mudah2AN bisa sampai keluar negri :)

    ReplyDelete
  4. Udh jauh2 hari siapin tiket buat berdua..temen gk dpt cuti..jadilah saya solo traveling..pertama kali keluarnegri..sendirian lg..takut jg sih..tp kebayar smw stelah smp tujuan..dpt temen baru lg..hehehe

    ReplyDelete
  5. Iya setuju! Solo travelling selain untuk me-time juga mengajarkan kita menjadi lebih mandiri sayangnya belum pernah solo travel sih ehehe well, udah ada rencana kok buat ke Jogja dan solooo~ (sendiri maksudnya) hehe semoga se-lancar perjalanan mu yah kak haha

    ReplyDelete